Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rekonstruksi Sejarah

26 Juli 2010   02:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:36 3663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rekonsruksi sejarah Indonesia versi AMS memang mengundang kontroversi beberapa akademisi sejarah: Dr.Asvi Warman Adam, Dr.Mumuh Muhsin Zakaria, Dr.Muhammad Iskandar, Dr.Sulasman, Prof.Dr.Dadang Supardan, dan lainnya. Salah satu di antara mereka ada yang menggugat soal label atau istilah agama dalam penyebutan penguasa asing yang bercokol di Indonesia, interpretasi yang aneh, dan sumbernya tidak kuat karena lebih banyak sumber sekunder.

Meskipun dikritisi dengan tajam oleh mereka, AMS tetap yakin bahwa sejarah yang ditulisnya merupakan kebenaran. Mungkin karena selama ini menganggap benar sejarah yang ditulis para sejarawan yang ditugaskan menulis sejarah Indonesia sehingga ketika ada model sejarah Indonesia versi AMS yang lebih menonjolkan Islam dan peranan ulama menjadi sedikit terguncang.

Kalau dalam khazanah peradaban Islam, yang dilakukan AMS bukan sesuatu yang baru. Ibnu Sina, filsuf dan dokter ternama ini, melakukan pendekatan spiritual sebelum menulis; Suhrawardi Al-Maqtul yang melakukan tazkiyatun nafs sembari terus menekuni filsafat yang kemudian dalam proses kreatifnya mampu melihat rahasia dibalik fenomena yang dikajinya. Ia tidak perlu bersusah payah memahami fenomena, tetapi justru fenomena itu sendiri yang hadir mengabarkan kepadanya (knowledge by presence). Pengetahuan itulah yang kemudian menjadi salah satu aliran filsafat Islam, yaitu hikmah isyraqiyah; yang kini banyak dipelajari di Barat karena membuka informasi tentang cahaya dan ilmu fisika modern. Ada juga sosok Mulla Shadra yang memberikan kritik pada hikmah isyraqiyah. Anehnya, dari sikap kritis tersebut (bukannya menjadi runtuh) malah menghasilkan pengetahuan baru yang disebut hikmah muta`aliyah. Sebut pula Ibnu Khaldun yang begitu cerdas mampu menghasilkan teori-teori sejarah kemudian dikenal sebagai “Bapak Sejarah”. Sampai sekarang karya-karya mereka belum ada yang menandingi, monumental, lintas zaman, bahkan dipelajari para sarjana Barat. [Ahmad Sahidin]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun