Dalam upaya menguji kebenaran sejarah Nabi saw, Kang Jalal menggunakan tiga tahap. Pertama, mengujinya dengan doktrin al-Quran bahwa Muhammad saw adalah teladan yang baik dan berakhlak mulia.
Kedua, mempertemukan riwayat Nabi saw dengan pesan Allah dalam al-Quran. Jika hadits atau sunah itu sesuai dengan al-Quran maka bisa diterima; jika tidak maka wajib ditolak. Ketiga, mengujinya dengan kritik sanad (orang yang mengabarkan) dan matan (isi/materi) dengan tambahan analisa aliran politik dari periwayat hadits.
Nah, karya Kang Jalal tersebut saya kira bisa disebut metode kritik sejarah kritis, khususnya untuk Sirah Nabawiyah. Meskipun spesifik, tampaknya bisa dkembangkan untuk menjadi alat analisa pada kajian sejarah dan peradaban Islam sejak pasca wafat Rasulullah saw sampai sekarang. Ini sekadar tawaran kalau enggan menggunakan analisa hasil kajian sejarawan Barat yang berlimpah di perpustakaan kampus-kampus atau toko-toko buku Indonesia. [AHMAD SAHIDIN/Sunan Gunung Djati]
Mei 2010
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI