Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Hasrat Politik Sunda

25 Maret 2010   02:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:13 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbanding terbalik dengan yang pertama, penguasa seperti ini melakukan pergerakan politiknya atas nama kepentingan sesaat. Koalisi dilakukan tidak dilandaskan diatas pijakan kemaslahatan dan kesejahteraan bersama, tapi justru atas nama dagang sapi yang dalam telaah Hinkelamert F disebut oportunisme.

Dalam literasi politik Sunda ada banyak penguasa baik tokoh historis atau fiktif yang memperagakan hasrat primitif jenis kekuasaan seperti ini. Purbararang dalam pantun Lutung Kasarung, Patrakusumah dan Demangdongkol dalam Pangeran Kornel, Raden Sunten Jaya dalam Mundinglaya di Kusumah, dan lain sebagainya adalah metafora dari kelompok ini.

Kita kutip satu kakawihan populer berjudul Ayang-Ayang Gung yang mencerminkan ihwal sosok penguasa yang menggadaikan kekuasaanaya hanya sekadar menumpuk benda:

Ayang-ayang gung/gung goongna rame/menak ki Mas Tanu/nu jadi wadana/naha mani kitu/tukang olo-olo/loba anu giruk/rakeut jeung kumpeni/niat jadi pangkat/katon ka gorengan/ngantos kanjeung dalem/lampa-lempi lempong/ngadu pipi jeung nu ompong/jalan ka Batawi ngemplong

Adakah perpolitikan kita, khusususnya lagi kiprah politik Ki Sunda, mengarah ke kiblat performance penguasa pertama yang disebut Vaclav Hevel dalam The Asrt of Impossible: Politics an Morality in Practice berporos pada tindakan politik moral, atau sebaliknya dramaturgi politik kekuasaan hanya sekadar hitungan untung rugi dan kalkulasi kepentingan jangka pendek lainnya, pasca rekomendasi Pansus Century akhirnya ngabuntut bangkong. Semoga wajah pertama yang mengemuka sehingga kita layak mengharap terbitnya pajar kehidupan yang lebih baik. Bukan penguasa kedua yang akan mengakibatkan suasana semakin weurit dan burakrakan.***

[ASEP SALAHUDIN]

DIMUAT DI TRIBUN, SABTU, 20 MARET 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun