Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kado Ulang Tahun Barack Obama

23 Maret 2010   02:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:15 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sunan Gunung Djati-Hari ini, Senin, 22 Maret pada 28 tahun lalu aku terlahir sungsang. Sebulan setelah kelahiranku, 22 April 1982 terjadilah ledakan gunung Galunggung di Tasikmalaya. Meskipun aku lahir di Garut dan berjauhan dengan tempat ledakan gunung Galunggung; kepanikan menyelimuti ibuku yang malang. Tubuhku yang lemah karena berusia 1 bulan digendongnya menuju tempat pengungsian. Sebuah tempat yang berada tak jauh dari kampungku. Kini, hari Senin 22 Maret 2010 ada sesuatu yang berbeda. Selain bertambah umurku. Sejak setahun yang lalu – ketika Barack Obama mencalonkan diri menjadi Presiden AS – aku tahu bahwa sang presiden afro-amerika pertama ini akan berkunjung ke Indonesia. Negeri, di mana ia pernah menjadi bagian dari masa kecilnya. Jangan heran kalau Obama, akrab dengan nasi goreng atau bakso. Jangan heran juga kalau Obama bisa mengucapkan “terima kasih”, “bagaimana kabarnya”, “Ada Apa?”, dll. Tapi, karena ada urusan kenegaraan dan kerakyatan di Amerika Serikat, Barack Obama akhirnya membatalkan kunjungannya ke Negara Australia dan Indonesia. Harian Umum Tempo, hari ini, Senin 22 Maret 2010 memuat berita tentang alasan kenapa Barack Obama mengurungkan niatnya berkunjung ke negeri Indonesia. Oh, hebat sekali. Teriakku waktu membaca berita bahwa Obama membatalkan kunjungan untuk mendukung RUU pelayanan kesehatan di AS. Kalau rancangan itu disetujui, katanya, sekitar 32 juta warga miskin akan mendapatkan pelayanan gratis/murah ikhwal kesehatannya. Ketika ada gelombang penolakan dari Hijbut Tahrir, misalnya, aku jadi sedikit berpikir. Kenapa kehadiran presiden kita tidak ditolak di Indonesia. Obama, yang dibilang “pemimpin Negara penajajah” oleh massa Hijbut Tahrir, lebih berperikemanusiaan dibandingkan presiden kita. Lihat saja, kebijakan yang ditelurkan Obama lebih pro-rakyat dan berkeadilan. Dia berani membatalkan kunjungannya untuk mengoptimalkan dukungan pada DPR dari Demokrat dalam mensahkan RUU tersebut. Tapi di negeri kita, yang terjadi adalah sebaliknya. Pemimpin banyak berdalih tidak tahu apa-apa ketika ada draf RUU yang dikurangi, dihapus, atau diselimpangkan demi kepentingan kocek anggota dewan. Lihatlah UU tembakau dan RUU yang lainnya. Presiden kita tentunya akan melimpahkan tanggung jawab kepada DPR. Ketika ada kasus yang menimpa, dengan mudahnya bersuara “Itu kewenangan DPR. Kewenangan wakil rakyat. Biarlah rakyat menentukan. Dsb….” Di tengah guyuran hujan ini, 22 Maret 2010, tak terasa umurku sudah menginjak 28 tahun. Dan, kecewa benar, karena di hari ulang tahun ini, Barack Hosein Obama tak jadi berkunjung ke negeri ini. Padahal, kalau dijadikan kado ulang tahun…itu sangat berharga sekali. Coba Anda bayangkan presiden AS itu terbungkus rapi dalam sebuah kardus yang dilapisi pita berwarna-warni, dengan dilapisi emas 24 karat. Kalau boleh westernized lilin itu akan kutiup…wus..wus…wus…Ah..hidup adalah kumpulan perandaian yang menjadi kenyataan.   [SUKRON ABDILAH] Atos…mangga heula ah…prikitiwwww!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun