Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sensitive: Saya dan Penguasa

6 Februari 2010   05:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:04 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sunan Gunung Djati-Bilqis anak yang berumur 17 bulan menderita gangguann fungsi hati menjadi sorotan berita di awal febuari, yang katanya bulan penuh kasih.

Matanya kuning, badannya kurus membuat iba saya yang melihatnya di layer kaca, membuat bersyukur karena saya sehat.

Hariska, bocah penggemar ST 12 yang melukai dirinya sendiri, terpaksa dipasung orang tuanya. Wajahnya pucat, tulang yang terbungkus kulit begitu membuat saya malu kareana sering mengeluh terlalu kurus.

Belum selesai Bilqis, ada bocah yang senasib dengannya, Putra. Mereka memang tidak beruntung, tapi lebih beruntung dari anak yang seperti mereka dan tidak mendapat perhatian media massa. Ada berapa anak lagi yang menderita di Negara ini? Yang tidak bisa berobat dengan alas an klise tapi benar adanya: Biaya.

Kerbau Sibuya, menjadi tokoh public baru kali ini. Ia diarak pendemo akhir Januari lalu. Kehadirannya di bundaran HI tempo itu menjadi perhatian Penguasa negeri ini. Dengan jelas sang Penguasa manggambarkan dirinya sama dengan kerbau itu sebagai orang berbadan baesar, malas dan bodoh. Saya, tanpa mengerti apa tujuan sebenarnya dari pendemo itu hanya bisa merenggut. Segitu buruknya sifat kerbau? Bukannya Ia juga membantu petani dalam mengolah sawah. Dan kenapa harus merasa sama? Kenapa sang penguasa berfikir seperti itu? Dan kenapa mengatakan itu di depan media. Jendela Rakyatnya. Jika Penguasa sangat berkepentingan dengan etika pendemo Yang baik dan buruk. Hitam dan putih. Seperti apa?

Sepertinya saya dan penguasa sama-sama perasa atau sensitive. Saya juga akan sedih dan kecewa apabila saya disamakan dengan binatang apapun itu, kecuali kucing, saya merasa kucing itu imut. Tapi apa penguasa juga merasakan hal yang sama seperti saya saat melihat Bilqis, Hariska, Putra? Sedih mendengar anak-anak sekampung di Banten menderita lumpuh layu? Kecewa saat orang tua meninggalkan ketiga balitanya di kamar kontrakan tanpa makanan? Marah saat masalah korupsi tak juga berujung?

Yang jelas saya kecewa karena pada kenyataannya saya hanya bisa berbuat sedikit, sedikit sekali atau bahkan tidak ada untuk mereka. Dan kecewa karena penguasa akan membeli sebuah pesawat, membangun pagar dan menaikkan gaji para pembantunya. Kecewa karena Ia punya kekuatan yang sangat besar untuk merubah ini, tapi memilih ‘saya tidak tahu’

Etika. Etika. Etika. Orang baik itu katanya beretika. Orang baik itu katanya amanah. Siapa yang beretika? Siapa yang baik?

Sensitive. Sensitive. Sensitive. Orang yang sensitive itu katanya peduli. Masalahnya, peduli sama siapa?

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q:S An-Nisa: 58)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun