Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perubahan Sebuah Kemestian

29 Desember 2009   03:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:44 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi ini jelas tak bisa didiamkan saja dan menerima apa adanya. Harus ada perubahan. Perubahan bisa dilakukan dengan pendidikan yang membebaskan. Inti dari pendidikan ini menurut Freire adalah dengan penyadaran. Penyadaran bahwa perempuan merupakan subjek dalam hidupnya. Sebagai subjek, perempuan harus aktif bertindak dan berfikir dengan terlibat langsung dalam permasaahan yang nyata, dalam suasana yang dialogis. Sehingga perempuan memang benar-benar telah menyadari realitas dirinya dan dunia sekitarnya. Inilah yang disebut dengan penyadaran kritis.

Penyadaran kritis merupakan hal yang harus dilakukan bila ingin menciptakan kondisi ideal yang dicita-citakan. Tanpa kesadaran bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan lelaki dalam berbagai bidang, maka perjuangan perempuan untuk membebaskan dirinya serta masyarakatnya dari ketertindasan sukar dilakukan. Perjuangan perempuan untuk membebaskan dirinya serta masyarakatnya dari ketertindasan tidak mungkin berhasil jika perempuan tidak mampu mengorganisir diri mereka. Karenanya dibutuhkan pengorganisir untuk perjuangan ini. Saat ini saya masih berusaha berjuang untuk mengasah kesadaran kritis saya agar kelak saya bisa menjadi pengorganisir masyarakat, khususnya perempuan. Semoga !!! [NENG HANNAH, Pengasuh Kolom Gender Sunan Gunung Djati yang terbit setiap hari Selasa]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun