Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Satu Langkah Mengawali Hijrah

19 Desember 2009   03:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:53 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan seribu langkah  dimulai dengan langkah pertama. (Pepatah Cina)

Sunan Gunung Djati-Hidup merupakan sebuah perjalanan. Perjalanan menyusuri jalan yang terbentang dihadapan. Jalan yang kadang menanjak, kadang menurun.

Kadang berkelok, kadang seperti garis lurus. Rangkaian onak dan duri juga terkadang menyertai. Belum lengkap pula bila disana tak dijumpai jurang yang curam dan bukit yang terjal. Sehingga terkadang nafas menjadi tersengal karenanya. Keringat membanjiri seluruh tubuh. Tak jarang pula darah bercucuran mempertaruhkan nyawa demi berlangsungnya sebuah perjalanan.

A Thousand Splendid Suns sebuah novel yang ditulis oleh Khaled Hosseini (2007) menceritakan kisah perjalanan hidup dua orang perempuan yang berliku. Perjalanan yang menyatukan dua perempuan pada kondisi yang sama dengan dua latar belakang yang sangat jauh berbeda. Mariam seorang anak haram pembantu yang dihamili majikannya yang sejak lahir terasing dari masyarakat dan Laila seorang perempuan yang dilahirkan dari keluarga yang moderat dan mengagungkan cinta. Konflik politik di Afghanistan telah menyeret mereka pada satu keadaan yang sangat memilukan. Keduanya menjadi istri seorang laki-laki tua yang tempramen dan kasar yang menempatkan istri hanya sebagai tawanan atas nama agama.

Cerita Mariam  dan Laila  berawal dari kematian orang tua mereka. Ibu Mariam seorang pembantu buruk rupa bunuh diri akibat merasa dihianati anaknya. Setelah kematian ibunya Mariam dipaksa menikah dengan seorang laki-laki tua yang tak dikenalnya dan membawanya jauh dari tanah airnya. Sedangkan  Laila kedua orang tuanya mati terkena bom ketika Taliban mengkudeta Najibullah. Dalam kondisi terluka, Laila diselamatkan dan dirawat Mariam. Suami Mariam memanfaatkan dan memanipulasi kondisi memilukan ini dengan menikahi Laila. Cerita ini mengalir mengaduk-aduk perasaan, kesedihan yang menyayat namun tetap menawarkan semangat hidup untuk terus bertahan.

Sisterhood atau persaudarian adalah secercah cahaya dibalik pekatnya perjalanan hidup. Persaudarian yang tulus antara keduanya menjadikan titik awal keduanya untuk bangkir dalam hidup. Meski tak ada satupun yang berpihak kepada keduanya. Keluarga yang sudah tak dimiliki. Masyarakat yang kacau karena perang yang berkepanjangan. Hukum negara yang tak berpihak pada perempuan. Semuanya bisa diatasi dengan bersatunya Mariam dan Laila.

Perjalanan Mariam dan Laila membebaskan diri diawali dengan satu langkah. Langkah tersebut adalah kesadaran bahwa mereka ada dalam kondisi yang tertindas. Kesadaran yang menumbuhkan solidaritas mereka sebagai sesama perempuan. Solidaritas yang menumbuhkan sisterhood (persaudarian) menyatukan mereka meski kondisi awal menentukan mereka ada dipihak yang berlawanan. Satu langkah yang sangat berarti untuk meneruskan langkah-langkah yang lain dalam sebuah perjalanan menuju kebahagiaann

Kesadaran yang muncul, merupakan perpindahan mental dari yang hanya menyalahkan kondisi dan menerima apa adanya menjadi kesadaran kritis bahwa kondisi tertindas tersebut ada yang menciptakan. Perpindahan mental inilah salah satu dari makna Hijrah yang ada dalam Islam. Perpindahan dari mental yang mengkrangkeng manusia dalam kondisi yang tak berdaya menuju mental yang kritis dan sadar untuk memperjuangkan apa yang menjadi hak nya sebagai manusia.  Semangat hijrah seperti ini semoga terus dimilik oleh setiap perempuan dimanapun mereka berada. Sehingga perempuan bisa menjadi subjek untuk menciptakan kehidupan yang harmonis untuk dua jenis kelamin lelaki dan perempuan. Selamat tahun baru Hijriyah 1431. [NENG HANNAH, Pengasuh Kolom Gender Sunan Gunung Djati yang terbit setiap hari Selasa]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun