Al-Bukhari dalam kitab Jami Ash-Shahih, jilid 3, hal.32, bagian kitab bad’ al-khalq fi bab ghuzwah al-hudaibiyyah meriwayatkan dengan sanad dari Al-Ala bin Al-Musayyab dari bapaknya berkata, “aku berjumpa Al-Barra bin Azib dan berkata kepadanya: alangkah beruntungnya Anda karena bersahabat dengan Nabi saw dan Anda telah membai`at kepada Nabi saw di bawah pohon. Lalu, dia menjawab, “Wahai anak saudaraku, sesungguhnya Anda tidak mengetahui apa yang kami telah lakukan selepasnya.”
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda kepada orang-orang Anshar, “Sesungguhnya kalian akan menyaksikan sifat tamak yang dahsyat selepasku. Oleh karena itu, bersabarlah sehingga kalian bertemu Allah dan Rasul-Nya di Haudh.” (Al-Bukhari, Jami Ash-Shahih, jilid III, hal.135)
Ibnu Sa`d meriwayatkan dalam kitab Thabaqat, jilid VIII, hal. 51, dengan sanad dari Ismail bin Qais berkata, “Aisyah ketika wafatnya berkata: sesungguhnya aku telah melakukan bid`ah-bid`ah (ahdathtu) selepas wafat Rasulullah saw maka kebumikanlah aku bersama-sama istri Nabi saw.”
Mengapa sahabat Nabi saw tega berbuat seperti itu? Memang jika dibongkar ada beberapa kejadian yang tidak pernah tercatat dan sampai kepada umat Islam sekarang. Seperti pembunuhan terhadap keluarga dan keturunan Rasulullah saw yang dilakukan oleh para penguasa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Bahkan, pada abad 19 M. terjadi penghancuran dan perusakan kuburan Rasulullah saw serta sebagian aksesoris Ka’bah (Baitullah) oleh kaum Muslim puritan yang dipimpin Muhammad bin Abdul Wahab. Mereka meneriakkan bid’ah dan menganggap sesat terhadap yang berbeda paham dalam menjalankan ibadah-ibadah Islam. Gerakan dan ajaran mereka itu sampai sekarang dipelihara dan menjadi mazhab resmi kerajaan Arab Saudi serta meluaskan pahamnya ke berbagai negeri Muslim, termasuk Indonesia.
Mengapa semua itu bisa terjadi? Tampaknya tidak ada yang mampu menjawab selain melihat konteks sejarah dan kepentingan-kepentingan politis mereka yang berkuasa. Oleh karena itu, umat Islam harus mulai mengkaji dan mengkritisi hadits-hadits maupun sejarah yang sampai kepada kita dengan mengkonfirmasikan dengan sumber kebenaran (al-Qur`an). [ABAH AHSA]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H