Kawanan harimau yang sudah kelelahan melakukan pemburuan setiap hari, seperti mendapat pembenaran. “Iya juga ya, ngapain juga capek-capek berburu. Mendingan duduk santai dan menikmati cinta…apalagi kata Sang Nabi kita ini memberi garansi, dengan kelemahlembutan kita akan mendapatkan surga…surga…bo!”
Lalu kawanan harimau itu mengikuti ajaran agama yang dibawa kambing. Harimau-harimau itu kini gemar berpuasa dan berpantang makan daging. Mereka menahan kemarahan mereka dan mengembangkan sikap welas asih. Tumbuh-tumbuhan yang mereka jadikan makanan lambat laun menumpulkan gigi mereka. Berangsur-angsur pupus sudah kegarangan hariamu-harimau ini. Badan mereka lemah, langkah mereka pun lelah tak bertenaga. Tak ada geraman, tak ada ancaman. Mereka menjadi kawanan binatang yang miskin, waswas, dan rendah amal kebajikan.
***
Nah, bercermin pada dongeng ini, kita bisa memilih: menjadi kambing atau harimau. Bila kita merasa sebagai kambing yang tertindas, Iqbal memberi kita nasehat:
Hai manusia yang lemah Lindungi dirimu Biar terjerat penderitaan Asalkan lolos dari bencana kebiadaban Badai pasti berlalu Tapi apabila diperdaya dengan kesumat Kekacauan besar yang terpikirkan So, kata Iqbal, kalaupun kita dalam keadaan lemah kita tak boleh menyerah. Kita harus mencoba menyelesaikannya. Caranya berpikirlah seperti kambing tua yang menyamar jadi Nabi Kambing. Jangan pula mendendam terlalu dalam, dendam akan membuat kita jadi terjebak pada pikiran yang kacau. Bertahanlah, selesaikan masalah satu persatu, kuasai pikiran musuhmu sampai mereka lemah.
Kalau saya sih membayangkan diri sebagai harimau yang tertipu itu. Harimau yang semula ganas, namun karena terpedaya tipuan Nabi Kambing lalu menjadi bangsa yang penurut dan terlalu lemah lembut. Saya adalah harimau-harimau itu, pada badan ini masih ada cakar dan taring yang siap untuk mencabik-cabik setiap kambing. Namun cakar dan taring ini sudah lama tak digunakan, saya sudah lupa pada bagaimana meloncat dan menyergap. Saya telah menjadi harimau yang kambing, harimau banci.
Sebagai harimau banci saya akan membangkitkan seluruh keberanian yang dulu pernah ada. Saya akan kembali menjadi harimau dan kembali memburu, kembali menjadi raja hutan. Karena itu saya akan menyusun langkah-langkah menuju penemuan diri saya yang sejati, sebagai harimau, sebagai penentu kehidupan, bukan sebagai pengekor yang selalu waswas. [BAMBANG Q ANEES, Pengasuh Kolom Filsafat Sunan Gunung Djati yang terbit setiap hari Rabu]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H