Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nabi Kambing

17 November 2009   16:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:18 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sunan Gunung Djati-Ini dongeng buat kita dari Muhammad Iqbal, tak hanya didengar namun juga dapat dijadikan sebagai cermin.

Alkisah dahulu kala, sekawanan kambing hidup bebas di padang rumput yang luas. Mereka hidup aman sentosa, dan dapat berkembang biak dengan leluasa. Tenaga kambing-kambing ini pun begitu kuatnya sampai-sampai sanggup menghalau semua ancaman dari binatang pemangsa.

Waktu berlalu, situasi pun berubah. Bencana mendatangi kawanan kambing itu, dari hutan belantara muncullah kumpulan harimau yang memburu mereka. Memangsa mereka semua. Merebut serta menjajah, harimau-harimau itu merebut kemerdekaan kawanan kambing. Padang rmput hijau itu lalu banjir oleh darah kambing. Sebagian besar kambing-kambing itu mati, kecuali seekor kambing tua yang licik, penuh tipu daya.

Kambing tua itu marah atas kebiadaban sang harimau, ia bertekad mengembalikan kejayaan masa lalunya. Kambing tua itu berpikir, kekuatan yang ia miliki tak mungkin dapat melawan keperkasaan harimau. Kambing tetaplah kambing, tak mungkin sekuat harimau. Kalau ia bermimpi merubah dirinya menjadi kambing seperti ksatria baja hitam itu semua hanya isapan jempol, hanya ada dalam dongeng anak-anak. Maka, kambing tua itu menyusun rencana, “Saya harus merubah harimau itu berhati kambing!” Rencana ini sebenarnya agak mustahil, namun lebih mungkin daripada menumbuhkan cakar pada kaki kambing atau menanam taring pada mulut kambing.

Lalu kambing itu mendatangi kawanan harimau dan mengaku dirinya sebagai Nabi. Ia mendapat ilham atau wahyu dari Tuhan untuk kawanan harimau. Nabi Kambing itu berkata pada kawanan harimau.

“Wahai kawanan harimau yang bengis, yang selalu membuat bencana dan menumpahkan darah di seantero padang rumput. Aku memperoleh kekuatan ruhani pada malam tadi. Ya…sejak malam tadi aku adalah Nabi, utusan Tuhan untuk kalian. Aku datang bagai pelita buat mata buta kalian. Aku membawa kabar gembira, bertobatlah kalian semua.

Wahai kaum pendosa, kembalilah ke jalan yang penuh cahaya Kita semua, tanpa kecuali, pasti mengalami bencana Keteguhan hidup duniawi tergantung bagaimana kita menahan diri Ruh orang shaleh gemar akan makanan yang sederhana saja Makan sayur mayor membuka jalan menuju cahaya Tuhan Gigi yang tajam mengundang bencana. Bila kalian tetap pada kebiasaan lama, akan butalah mata kalian…” Nabi Kambing itu berhenti sejenak. Ia menghela nafas sambil mencuri pandang pada kawanan harimau. Ia mengecek apakah khutbahnya berpengaruh atau tidak. Setelah memastikan bahwa kawanan harimau terpengaruh oleh khutbahnya, ia berkata lagi:

Surga diberikan kepada mereka yang lemah lembut Kekuatan tenaga dan kekasaran sikap akan menciptakan bencana dan neraka Bertobatlah kalian yang masih mengejar-ngejar kenikmatan duniawi. Ketahuilah, kemiskinan lebih manis dari segala harta benda. Wahai kalian yang menikmati penyembelihan kambing. Coba kau bunuh dirimu sendiri, niscaya kalian akan mendapatkan prestasi mulia.

Belajarlah pada rumput, kaumku semua. Rumput, lihatlah rumput. Walaupun ia selalu terinjak, rumput tak pernah punah. Ia terus tumbuh dan tumbuh lagi. Itulah kekuatan sejati, tak pernah punah karena ditindas. Rahasia rumput adalah kelembutan, kemiskinan, dan ketakberdayaan. Dalam ketakberdayaan, dalam sikap menerima kemiskinan ditemukan kekuatan.

Jika kalian bijaksana, ayo lupakan dirimu. Lupakan kebiasaanmu memburu dan merasa puas dengan hasil buruanmu. Tahanlah dirimu kembali pada kebiasaan liar. Lupakan dirimu. Kalau kalian tak sanggup menahan diri, melupakan dirimu, berarti kalian mengidap kegilaan. Saya yakin, tak ada satupun yang mau menjadi gila. Maka palingkan perhatianmu dari kesuksesan duniawi, agar jiwamu dan cintamu melangit tinggi.

Ketahuilah dunia ini tidak abadi, sementara saja. Jangan terjebak untuk mencari-cari kesenangan di dunia ini, karena semuanya akan hancur dan saat itu kalian akan kecewa. Dunia ini seperti gelembung sabun, bundar dan terbang ke sana ke mari juga menarik perhatianmu. Kejarlah gelembung sabun itu seperti kebiasaanmu, kejarlah gelembung sabun itu agar kamu kecewa. Karena begitu kamu menadapatkannya, gelembung sabun itu akan pecah dan hanya sisa basah belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun