Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Harapan Menyembelih ‘Ismail’

16 November 2009   17:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:19 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada saat seseorang mencintai sesuatu, maka ia akan menjadi budaknya. Sesuatu tersebut adalah tujuannya. Hati seseorang yang mencintai akan mengharapkan balasan seperti apa yang telah dirasakannya. Padahal belum tentu sesuatu tersebut sesuai dengan harapan. Bila tak sesuai dengan harapan maka seseorang akan mengalami rasa sakit yang dalam. Itulah akibat dari menomorsatukan cinta kepada makhluk.

Ada sebuah kisah Cinta sejati yang dialami seorang makluk pilihan Allah sehingga ia digelari Khaliulullah (Kekasih Allah) yaitu nabi Ibrahim a.s. Kisah ini dimulai dengan 100 tahun penantian Ibrahim akan hadirnya seorang anak. Kehadiran seorang anak bagi Ibrahim bukan sekedar pelipur lara dan tempat mencurahkan kasih sayang seorang ayah. Lebih dari itu yang difikirkannya adalah penerus risalah kerasulan yang harus tersampaikan kepada seluruh manusia di muka bumi. Setelah penantian yang panjang akhirnya Ibrahim memiliki seorang anak yaitu Ismail dari seorang istrinya yang bernama Hajar.

Setelah melahirkan, Hajar dan Ismail dikirim Ibrahim ke sebuah padang pasir tandus dan ditinggalkan begitu saja tanpa perbekalan air serta makanan yang cukup. Hajar berjuang membesarkan Ismail seorang diri dan mengenalkan Ismail tentang ayahnya Ibrahim. Meski Ismail tak pernah bertemu dengan ayahnya, tapi Ismail mencintai ayahnya sebagai seorang rasul. Hajar telah berhasil mendidik Ismail menjadi seorang rasul penerus Ibrahim.

Saat usia Ismail Mumayiz atau menjelang remaja, barulah Ibrahim menengok Ismail. Saat bertemu anaknya, apa yang dilakukan Ibrahim? Ia diperintahkan Allah untuk menyebelih Ismail. Disampaikannya perintah Allah tersebut pada anaknya. Apa jawab Ismail mendengar berita ini? Ia menjawab “Hai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan padamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang shabar”. Kalau itu terjadi pada saya, mungkin saya akan marah. Setelah saya dikirim seorang ayah ke tempat yang tandus dan tak berpenghuni, kekurangan air serta makanan dan tak pernah sekalipun ditengok, tiba-tiba saat bertemu ia ingin menyembelih saya. Tapi itu tidak terjadi pada Ismail. Mental apa yang dimilikinya?

Ibrahim tak semata-mata mengirim Ismail ke tempat tandus dan akan menyembelihnya melainkan menjalankan perintah Allah. Ismail adalah kecintaan bagi Ibrahim. Kehadirannya sangat dinantikan Suntuk meneruskan risalah Tauhid. Ismail adalah Ilah bagi Ibrahim saat itu. Allah mengujinya dengan perintah meninggalkan dan menyembelih Ismail. Allah menguji cinta Ibrahim pada-Nya dengan mengorbankan Ismail. Pada saat penyembelihan ini, betapa syetan gencar menggoda Ibrahim untuk mengurungkan niatnya. Setelah tak berhasil merayu Ibrahim, beralihlah syetan merayu Hajar dan Ismail. Tapi ketiganya tetap pada pendirian menjalankan perintah Allah sebagai bukti kecintaan kepada-Nya. Akhirnya Allah mengganti Ismail dengan seekor kambing.

Cerita dalam al-Qur’an ini menjadi rujukan dilakukannya penyembelihan qurban dikalangan umat Islam pada idul Qurban. Moment ini bukan sekedar waktu untuk menyembelih kambing dan menumbuhkan kesadaran sosial untuk berbagi dengan yang tidak mampu. Tapi lebih dari itu idul Qurban merupakan kisah cinta sejati yang harus diikuti oleh setiap muslim sebagai sumber inspirasi. Di sini penyembelihan Qurban merupakan sebuah contoh agar setiap manusia menyembelih ‘Ismail’  yang ada dalam dirinya. ‘Ismail’ ini bisa berupa pangkat, jabatan, harta, suami/istri, anak dan hal-hal lainnya selain Allah.

Mari kita bersihkan ruang hati kita yang selama ini dikotori oleh ‘ismail’ yang membuat kita berpaling dari cinta hakiki. Cinta Ilahi. Peristiwa jatuh cinta sekaligus patah hati yang saya alami tak seberapa dibandingkan dengan apa yang dialami Ibrahim dan Ismail. Inilah harapan sejati. Harapan yang akan senantasa menjadikan sesorang survive dalam hidupnya.

Menyalahkan ayam yang telah mengotori ruang hati yang saya miliki adalah perbuatan sia-sia. Saat itu juga tumbuh harapan yang membuat saya kembali bersemangat untuk bersih-bersih. Saya tahu bahwa ruang yang saya miliki berantakan, kotor dan mungkin bekas kotoran ayam sulit dibersihkan. Tapi saya berkeyakinan waktu dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya Ilah membantu membereskan semuanya. Inilah sebuah harapan sejati yang saya maksudkan.

Waktu terus berjalan, peristiwa jatuh cinta sekaligus patah hati telah lama berlalu dan berganti. Perstiwa-peristiwa lain bergantian mendatangi. Ada bahagian, sedih, kecewa, marah, bingung, terkadang menyapa kembali. Namun selama masih memiliki harapan menyembelih “ismail”, saya yakin saya bisa menjalaninya dengan penuh kebahagiaan. Semoga!!! [NENG HANNAH, Pengasuh Kolom Gender Sunan Gunung Djati yang terbit setiap hari Selasa]

Blue Diamont 11 November 2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun