Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bola Filsafat

10 November 2009   17:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:23 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sunan Gunung Djati-Semua orang gila bola!

Pada malam-malam yang dingin ada banyak orang yang rela meninggalkan tidurnya  demi melihat si kulit bundar itu ditendang-tendang, sampai akhirnya melesat masuk ke jarring gawang.

Di jalan-jalan ada banyak orang (dari kanak-kanak, remaja, sampai orang tua bangkotan) mengenakan kaos warna kesebelasan tertentu meneriakkan yel-yel kemenangan, atau gerutuan kesalahan. Mereka semua tumpah di jalan untuk menunjukkan pembelaannya terhadap kesebelasan sepak bola pujaannya. Di Kolumbia, bahkan, ada seorang pemain yang ditembak mati gara-gara ia nggak sengaja menendang bola ke gawangnya sendiri.

Ada apa ini? Kenapa semua orang gila bola?

Apakah ini gejala masyarakay modern yang sudah kehilangan kebahagiaan lalu mencari sumber kebahagiaan dari kulit bundar yang diperebutkan 22 orang di lapangan hijau?

Beberapa orang yang tak menyenangi bola tentu merasa geli melihat permainan ini. Kenapa tidak beli bola sebanyak 22 buah lalu menendang-nendangnya sendiri? Kenapa ada banyak orang menseriusi permainan ini, baik dalam memainkannya atau dalam menontonnya? Bahkan, konon, ada banyak orang yang lebih getol bangun malam buat nonton bola ketimbang buat shalat malam; gilanya lagi ada banyak agamawan juga yang sangat-sangat menyenangi permainan yang satu ini. Agamawan ini tidak hanya menonton, namun juga pernah menjadi pemainnya atau juga ikut meramal dan memberikan dukungan fanatic pada salah satu kesebelasan sepak bola. Apakah bola sudah mengalahkan seruan Tuhan bahwa pada shalat malam ada banyak berkah? Berkah diabaikan, bola ditunggu-tunggu; apakah dalam bola ada berkah atau ada hadiah yang lebih berharga daripada sekedar berkah?

Apa yang dilihat dari sepakbola itu?

Kalau saya mendapatkan pertanyaan model ini, jawabannya mungkin begini. Pada sepak bola kita menemukan semangat, kejelasan tujuan (goal), rasa enjoy, dan strategi bersama mencapai tujuan. Ini sebenarnya yang saya cari selama ini. Yaitu seharusnya seluruh proses kehidupan diwarnai oleh keempat hal dalam permainan sepakbola. Semua orang seharusnya bersemangat dalam menjalankan kehidupannya, persis seperti para pemain bola yang berlari-lari 2 X 45 menit. Tak kenal lelah, mereka berlarian berusaha menyusun rencana tahap demi tahap agar bisa memenangkan permainan. Walaupun mereka kalah, mereka tetap menunjukkan semangat itu. Para pemain bola tetap berada di lapangan bola, tidak lantas mundur atau meninggalkan lapangan. Mereka seperti percaya bahwa di ujung usahanya itu, mereka akan dapat mencapai tujuan, yaitu memenangkan pertandingan.

Lebih gila lagi, pada pertandingan bola kita sering  menyaksikan semangat pantang menyerah yang luar biasa. Prancis pernah tertinggal 2 gol oleh lawannya, dan waktu sudah tinggal beberapa menit lagi (sekitar 5 menit). Namun semangat yang luar biasa membuat mereka sanggup membalas kekalahan itu, dalam 5 menit sisa mereka bahkan bisa memenangkan pertandingan. Ini semangat yang ruarr biasa. So, setiap kali saya menonton bola saya seperti sedang belajar memperbaharui semangat dalam menjalankan kehidupan yang semakin hari semakin sumpek. Menyaksikan perjuangan bahu membahu kesebalasan underdog, yang nggak diperhitungkan, memenangkan bertandingan melawan tim papan atas merupakan hiburan yang cukup menyegarkan. Apalagi tiba-tiba mereka menang, seperti sewaktu klub promosi (Berntley, kalau tidak salah) mengalahkan Chelsea. Saat itu, muncul semangat dalam diri, kalau klub promosi yang bisa kalahkan klub papan atas, saya pun juga bisa.

Semangat dalam menjalankan permainan, itulah yang saya dapatkan dari sepakbola. Hidup adalah permainan, tak lebih. Dan dalam permainan kita bersuka cita, tertawa dan senang. Dalam permainan juga ada aturan yang disepakati bersama dan ditaati agar niatan melakukan permainan bisa purna sampai keringat tak lagi tersisa.

Tetapi bagaimana mungkin? Kamu secara umum memandang hidup sebagai sesuatu yang melelahkan dan dosen tentu saja tampak dalam wajah yang menggeuleuhkan; di sisi lain pengajar juga memandang mahasiswa sebagai sosok menjengkelkan: banyak lagak, pemalas, susah memiliki kesadaran yang konsisten dan seabrek lagi penyakit lainnya. Wah kalau begini perkuliahan sebagai permainan tak akan pernah dijumpai. Tak ada permainan, tak ada semangat, goal, rasa enjoy juga stretegi bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun