Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jangan Nulis ‘dan’ di Awal Kalimat

7 November 2009   11:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:25 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sunan Gunung Djati-“Assalamualaikum, maaf mengganggu… Saya bingung dengan penggunaan bahasa indonesia akhir-akhir ini. Banyak yg menggunakan kata sambung (penghubung) “dan” di awal kalimat setelah tanda titik. Semisal “Dan hal ini berlaku..”

Padahal dahulu menurut yang sering saya baca hal itu tidak terjadi, kalau bagi mereka yang sering membaca buku bahasa arab.

Memang penggunaan kata “Dan” sering di awal kalimat tapi hal tersebut bukan sebagai kata penghubung, namun merupakan kata pembuka, memang agak berbeda dengan bahasa lain.

Mohon penjelasannya tentang hal ini dalam kalimat bahasa indonesia yang semestinya, terima kasih atas jawabannya smoga Allah membalas kebaikan bapak dengan balasan yang lebih baik amin.” (Omar).

Terimakasih bung Omar atas pertanyaan sekaligus masukan berharga bagi saya. Penulisan kata penghubung “dan” di awal kalimat jelas salah, sekali lagi: s a l a h! Jangan ditiru. Logikanya ‘kan, kata penghubung itu digunakan untuk menghubungkan dua hal atau kalimat, bukan untuk mengawali kalimat.

Kesalahan penulisan itu terjadi, utamanya di kalangan wartawan/media, kemungkinan karena salah satu dari dua hal ini: kemalasan atau kebodohan. Wartawan malas mengecek ejaan atau penulisan yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa; atau memang ia bodoh, tidak well educated, sehingga menulis semaunya. Kalau malas, tidak bisa dimaafkan. Jika bodoh, dapat dimaafkan, karena bisa diatasi dengan belajar atau diajari.

Sama halnya dengan wartawan/media yang masih saja menggunakan “kata-kata mubazir” dan “kata-kata jenuh” dalam penulisan berita, seperti penggunaan kata “sementara itu”, “dalam rangka”, “perlu diketahui”, “seperti kita ketahui”, “dapat ditambahkan”, “selanjutnya”, dan sebagainya. Hal itu karena dua hal tadi, malas atau bodoh. Bukan hanya itu, kesalahan penulisan “dan” juga sering terjadi dalam penulisan “dan” ketika menghubungkan lebih dari dua hal/benda, misalnya: “di kamar itu ada kursi, meja dan tempat tidur” (tanpa koma). Mestinya, menurut EYD, harus pake koma: ““di kamar itu ada kursi, meja, dan tempat tidur”.

Ada juga penulisan “sehingga” di awal kalimat. Salah juga! Contoh: “…melakukan aksi perlawanan. Sehingga, polisi menggunakan….”. Mestinya, “…melakukan perlawanan sehingga polisi menggunakan…”, atau “…melakukan perlawanan. Akibatnya, polisi menggunakan….”.

Pedoman penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar membahas juga soal kata-kata penghubung lain yang harus dihindari. Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk “di mana” (padanan dalam bahasa Inggris adalah “who”, “whom”, “which”, atau “where”) atau variasinya (”dalam mana”, dengan mana”, “hal mana”, “dalam pada itu”, “yang mana” dan sebagainya). Kita bahas lain kali soal itu ya.

Satu lagi deh. Wartawan kita juga sering membuat judul dengan awal angka/bilangan. Misal, “12 Orang Tewas Tertimbun Longsor”. Mestinya, “Dua Belas Orang Tewas…” atau “Belasan Orang Tewas”. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis degan huruf! Itu aturan penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat lagi pada awal kalimat. Misal, “Longsor Tewaskan 12 Orang”, jadi lebih “hidup” ‘kan? Wasalam. (www.romeltea.com).* [ASM ROMLI, Pengasuh Kolom Jurnalistik Sunan Gunung Djati yang terbit setiap hari Sabtu]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun