Mohon tunggu...
Acep Imam S.R
Acep Imam S.R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aktvis Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah Suryalaya Fakultas Dakwah Prodi Ilmu Tasawuf

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Abdurrahman Wahid

22 Desember 2024   17:03 Diperbarui: 22 Desember 2024   16:47 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Nama Lengkap: Abdurrahman Wahid
Lahir: 7 September 1940, Jombang, Jawa Timur
Wafat: 30 Desember 2009, Jakarta
Dimakamkan: Tebuireng, Jombang, Jawa Timur
Gelar: Gus Dur
Jabatan: Presiden ke-4 Republik Indonesia (1999-2001)

Gus Dur lahir dalam keluarga terpandang di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Ayahnya, Wahid Hasyim, adalah salah satu pendiri NU dan Menteri Agama pertama Indonesia. Kakeknya, KH Hasyim Asy'ari, adalah pendiri NU dan seorang ulama besar yang dihormati. Nama "Gus" dalam Gus Dur adalah panggilan kehormatan untuk anak seorang kiai di Jawa.

Gus Dur menerima pendidikan awal di pesantren sebelum melanjutkan pendidikan di berbagai institusi nasional dan internasional.

  • Pendidikan dasar: Sekolah Dasar KRIS, Jakarta.
  • Pendidikan agama: Pesantren Tambakberas, Jombang.
  • Pendidikan tinggi:

    • Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir (Studi Islam).
    • Universitas Baghdad, Irak.

Meskipun pendidikannya sering terhenti karena berbagai alasan, pengalaman belajarnya memperluas wawasan intelektualnya, terutama tentang pluralisme dan keberagaman.

  1. Pemimpin Nahdlatul Ulama (NU):
    Gus Dur terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada 1984. Di bawah kepemimpinannya, NU mengalami modernisasi dan kembali pada khitahnya sebagai organisasi keagamaan yang mandiri dari politik praktis.
  2. Aktivis dan Intelektual:
    Sebagai tokoh intelektual, Gus Dur sering menulis tentang isu-isu sosial, politik, dan keagamaan. Ia dikenal sebagai pembela hak-hak minoritas dan pluralisme.
  3. Presiden Indonesia:
    Gus Dur menjadi Presiden Indonesia ke-4 pada 20 Oktober 1999 setelah dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Masa pemerintahannya berfokus pada reformasi demokrasi, seperti:

    • Menghapuskan diskriminasi terhadap etnis Tionghoa.
    • Melindungi kebebasan beragama.
    • Membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial yang dianggap tidak relevan pasca-Orde Baru.
      Namun, masa kepemimpinannya juga diwarnai dengan konflik politik, sehingga ia dimakzulkan pada Juli 2001.

Gus Dur adalah tokoh pluralis yang percaya bahwa keberagaman adalah kekuatan bangsa Indonesia. Ia sering menyuarakan pentingnya toleransi antarumat beragama, suku, dan budaya. Filosofinya berakar pada Islam moderat yang memadukan tradisi pesantren dengan nilai-nilai universal kemanusiaan.

Gus Dur dikenal dengan humornya yang jenaka dan penuh makna. Humor-humornya sering digunakan untuk meredakan ketegangan dan menyampaikan kritik politik dengan cara yang santai.

Sepanjang hidupnya, Gus Dur menerima berbagai penghargaan nasional dan internasional atas jasanya dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan pluralisme.

Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009 di Jakarta karena komplikasi kesehatan. Ia dimakamkan di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, tetapi warisan pemikirannya terus dikenang.

Gus Dur dianggap sebagai simbol toleransi, keberagaman, dan pembela kaum yang terpinggirkan. Ia adalah sosok pemimpin yang tidak hanya dihormati di Indonesia tetapi juga di dunia internasional.

Saat menjabat sebagai Presiden Indonesia ke-4, Gus Dur (Abdurrahman Wahid) memimpin negara dalam periode penting pasca-Orde Baru, yaitu era reformasi. Masa jabatannya yang berlangsung dari 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001 relatif singkat, tetapi penuh dengan kebijakan progresif, kontroversi, dan dinamika politik yang intens.

Gus Dur adalah presiden yang unik, baik dari gaya kepemimpinan maupun kebijakannya. Meskipun menghadapi banyak tantangan, keberanian dan visinya untuk membangun Indonesia yang lebih inklusif tetap dikenang. Setelah lengser, Gus Dur terus aktif sebagai tokoh masyarakat, ulama, dan pembela pluralisme hingga wafatnya pada 2009.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun