Mohon tunggu...
Sunan Ceps
Sunan Ceps Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aktivis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Rantau

22 Oktober 2024   09:45 Diperbarui: 22 Oktober 2024   10:28 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bapak "kita hantarkan besok pagi dia ke pesantren"

mendengar itu si juned menangis dan meminta maaf, dia berjanji tidak akan mengulanginya lagi, tapi ini sudah final putusan seorang bapak yang tidak bisa di ganggu gugat.

pagi hari sekitar jam 8 semua sudah siap dan menuju sebuah pesantren di daerah T, sesampainya di pesantren di ruang penerimaan tamu si juned berbicara

juned "apakah aku di buang?"

kakak " tidak, justru kamu harus bersyukur jun"

juned "apa yang harus aku syukuri? kalian sudah tidak mau serumah dengan ku, kalian membuang ku, kalian tidak saytang pada ku"

ibu " nak, ini semua demi kebaikan masa depan kamu" jawab ibu sambil menangis

kakak " iyah ini semua demi masa depan mu"

juned hanya diam sambil berlinang air mata, sambil mendengarkan nasihat dari ibu dan kakak nya

akhirnya si juned menjadi santri di pesanren tersebut, dengan seiring berjalannya waktu si juned menemukan sebuah kenyamanan di pesantren itu, dari awalnya dia buta terhadap ilmu agama sekarang dia ada kemajuan bahkan dia menjadi santri yang terkenal se pesantren itu, tidak ada yang tidak kenal ke juned.

setahun pertama dia pulang tapi dia pulang hanya 3 hari untuk sekedar melampiaskan rasa kangen terhadap keluarganya, habis itu dia balik lagi ke pesantren, bahkan dia pernah mengalami 3 tahun tidak pulang ke rumah dengan alasan "kalau aku di rumah aku takut terjerumus ke hal yang negatif lagi", kurang lebih 8 tahun dia menjadi santri di pesntren tersebut lebih tepatnya keluar SMA dan berhenti satu tahun, karena tidak ada niat untuk meneruskan ke perguruan tinggi (menjadi mahasiswa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun