Siapa top up Rp34.015 ke saldo gopay kamu? Begitu kira-kira bunyi pertanyaan yang terlontar dari istri saya sekira dua minggu lalu.Â
Mendengar pertanyaan demikian saya bingung, hati ketar-ketir. Pasalnya, sudah sangat lama saya tidak menggunakan akun gopay untuk melakukan transaksi, terutama top up.
Jangankan top up, membuka aplikasi Gojek pun sudah cukup lama tidak saya lakukan. Sampai-sampai tidak tahu ada saldo masuk ke akun gopay, yang tiba-tiba ditemukan oleh istri ketika kebetulan sedang meminjam smartphone saya untuk melakukan transaksi via aplikasi Gojek.
Bagi saya, masuknya saldo top up gopay ini jadi teki-teka, atau jangan-jangan memang rezeki. Tapi siapa orang baik hati yang telah melakukan top up? Apa mungkin ada orang yang keliru melakukan top up hingga akhirnya tersasar ke saldo gopay saya?
Ketika istri saya coba mencecar dengan pertanyaan keingintahuannya, memori saya juga coba bertualang untuk mencari dan menduga kira-kira siapa orangnya yang patut dijadikan tersangka.Â
Iya tersangka. Sebab selama sumber dana yang masuk ke saldo gopay itu belum diketahui secara pasti siapa pemiliknya, yang cenderung akan jadi tersangka dalam tanda kutip adalah diri saya. Bagi mereka yang sudah berkeluarga tentu tahu kecenderungan itu akan mengarah kemana.
Tetapi malangnya, saya sungguh tak bisa menduga pada satu pun nama yang mungkin melakukan top up ke saldo gopay. Pikiran saya buntu. Kemudian saya balik bertanya pada istri dan memintanya untuk mengecek barangkali ada nama atau identitas yang tertera dari pelaku top up.Â
"Tidak ada identitasnya. Di riwayat transaksi cuma terbaca waktu, tanggal, ID transaksi, order ID dan total transaksi. Juga tidak ada notifikasi top up baik di aplikasi atau lewat SMS" jawabnya.
Saya bertanya lagi, "Buat orang yang melakukan top up, apakah nama ayah akan terbaca?". Istri saya menjawab, "Iya nama ayah pada saat mendaftar dan nomor hp yang digunakan saat mendaftar akan terbaca".
Setelah itu saya membatin, kenapa harus menanyakan itu, untuk apa saya tahu kalau nama dan nomor hp dapat diketahui oleh orang yang melakukan top up. Toh saya bukan siapa-siapa.Â
Saya juga bukan pemilik akun Fufufafa, yang sedang diburu dan ingin dibongkar serta ingin diketahui siapa pemilik aslinya. Pelaku top up ke saldo gopay saya pun, pasti bukan akun Fufufafa.Â
Ah sangat tak mungkin! Mana mungkin orang yang diduga menggemakan ujaran kebencian, mencemarkan nama baik, cabul, mau berbuat baik. Jikapun mau memberi dalam konteks perbuatan tercela, mana mungkin Rp34.015 bisa dikatakan sebagai suap atau gratifikasi ke rakyat.Â
Upss! Pikiran saya mulai ngelantur. Daripada tambah ngawur saya mencoba lagi berpikir keras, menekan memori ke dasarnya, barangkali ada ingatan di sana dan memang saya yang telah melakukan top up.Â
Tapi lagi-lagi otak saya mengatakan tak mungkin. Saya tak mungkin melakukan top up dengan nominal 15 rupiah di belakangnya.Â
Dalam tanya yang masih berkecamuk dan keingintahuan istri yang coba dipendamnya, ia mengajak saya menggunakan saldo gopay itu untuk membeli es krim untuk kedua anak kami. Saya setuju.
Singkat cerita, dua gelas es krim Mixue sudah berada di hadapan kami. Kedua anak kami tampak senang. Ceria wajahnya, bibirnya senyum menyeringai dan menyeruak tawa lepas ketika suap demi suap es krim Mixue singgah di mulut mereka.Â
Seringkali bahagia itu ternyata sederhana. Namun hari itu saya juga menyadari bahwa sesederhana apa pun kebahagiaan tetap ada harga yang harus dibayar. Siapa yang telah berbagi dana ke saldo gopay saya?
Keesokan harinya dalam perjalanan kerja ke arah Jakarta, saya seperti mengingat sesuatu. Mengingat ke satu-satunya identitas yang memungkinkan saya jadikan tersangka.
Tapi dari akumulasi jejak engagement rate yang saya dapat, ingatan itu coba menepis identitas ini. Tak mungkin pikir saya berulang. Tiba di tempat kerja, fokus saya berganti sudah.Â
Siangnya, ada rezeki yang dititipkan ke saya lewat makan siang. Salah seorang atasan titip menu gado-gado lontong untuk makan siangnya. Sisa uang kembalian sebesar Rp33. 000 beralih ke saku saya.Â
Angka itu mendekati Rp34.015 saldo top up gopay yang saya terima, hanya selisih Rp1.015. Perhitungan ini yang membuat otak saya mengarahkan jari untuk membuka email.Â
Eureka! Benar saja, identitas ini kiranya yang telah top up ke saldo gopay saya. Seketika ada gembira di sana.Â
Sekejap saya menghitung kembali. Rezeki Rp33.000 yang saya terima siang ini hanya terjadi dalam hitungan menit. Rezeki Rp34.015 yang saya terima di saldo gopay terjadi dalam hitungan dua tahun kurang dua bulan. Setelah menulis 300an artikel.Â
Tak terasa ada bening kaca menyelimuti bola mata yang tiba-tiba menyusun dirinya dimomen itu yang menyentuh rasa. Tapi entah rasa untuk mengapresiasi memori yang mana.Â
16 tahun Kompasiana. Semoga terus memberikan bermanfaat dan dapat berbagi rezeki buat umat manusia.
Terima kasih telah mentraktir kedua anak saya es krim Mixue lewat pemberian K-Reward pertama kalinya. SelamatÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H