Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Indonesia Pakai Nasab, Yakin Bahrain Dibikin Terjerembab

10 Oktober 2024   09:47 Diperbarui: 10 Oktober 2024   10:22 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang berbeda ketika Timnas Piala Dunia Indonesia mulai menjalani laga pertandingan Grup C putaran tiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Perbedaan tampak lebih mencolok saat Timnas Indonesia memberikan hasil yang cukup mengejutkan setelah mampu menahan imbang Timnas Arab Saudi dengan skor 1-1, dan berakhir seri 0-0 tanpa gol saat melawan Timnas Australia.

Perbedaan yang tampak mencolok itu adalah bertaburnya pemain nasab tanah air yang mendominasi Timnas Indonesia di lapangan pertandingan. Dalam pertandingan Grup C putaran tiga Kualfikasi Piala Dunia 2026 zona Asia melawan Arab Saudi di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah , Indoneisa menurunkan tim yang terdiri dari: Maarten Paes, Calvin Verdonk, Jay Idzes (kapten), Rizky Ridho, Nathan Tjoe A On, Sandy Walsh, Thom Haye, Ivar Jenner, Ragnar Oratmangoen, Witan Sulaeman dan Rafael Struick. Tercatat ada 9 (sembilan) pemain nasab tanah air.

Sedangkan pada saat bertanding melawan Australia, Timnas Indonesia menurunkan tim yang terdiri dari: Maarten Paes; Justin Hubner, Jay Idzes, Rizky Ridho; Calvin Verdonk, Nathan Tjoe-A-On, Ivar Jenner, Sandy Walsh; Ragnar Oratmangoen, Rafael Struick, Marselino Ferdinan. Kembali tercatat 9 (sembilan) pemain nasab tanah air yang diturunkan dalam pertandingan.

Pemain nasab tanah air merujuk pada pemain naturalisasi yang telah melewati proses regulasi menjadi pemain naturalisasi berdasarkan aturan FIFA, yang terdiri dari syarat berikut ini:

  • Pemain lahir di negara bersangkutan (dalam hal ini Indonesia)
  • Ibu atau ayah kandung lahir di negara terkait (dalam hal ini Indonesia)
  • Nenek atau kakek kandung lahir di negara terkait (dalam hal ini Indonesia)
  • Pemain telah tinggal di negara terkait (dalam hal ini Indonesia) selama lima tahun saat usianya mencapai 18 tahun

Berdasarkan aturan tersebut terdapat dua syarat yang merujuk pada nasab, yakni pemain adalah keturunan dari ibu atau ayah kandung yang lahir di tanah air (Indonesia), dan pemain mempunyai nenek atau kakek kandung yang lahir di tanah air (Indonesia). Sementara nasab berarti pertalian kekeluargaan berdasarkan hubungan darah, baik ke atas, ke bawah, maupun ke samping. Di lain pengertian memang lebih spesifik disebut bahwa nasab adalah keturunan dari garis ayah.

Narasi tentang nasab dalam konteks religiositas belakangan ini viral dan membuat bising ruang digital, menimbulkan polemik, menuai kontroversi hingga saling hujat. Sayangnya kebisingan itu bukan berasal dari keseruan pertandingan sepak bola, melainkan perseteruan tentang nasab.

Terlebih sebagian besar seterunya menolak kehadiran nasab dan cenderung ingin mendeportasi mereka yang disebut-sebut mengklaim nasab. Di titik ini terbersit ide menggelitik agar persoalan nasab tak menuai polemik, kontroversi sampai permusuhan. Yaitu ide menggantikan sebutan nasab menjadi naturalisasi tapi tentu saja tidak menggunakan regulasi atau syarat FIFA. 

Ide menggelitik muncul sebab terbukti di dunia sepak bola, naturalisasi justru mendatangkan euforia, kegembiraan, semangat, kebanggaan bahkan dapat membangkitkan jiwa nasionalisme atau persatuan. Bukankah banyak bukti bahwa dunia olah raga terutama sepak bola mampu mendamaikan perseteruan, menumbuhkan jiwa nasionalisme dan mempersatukan semangat perjuangan untuk meraih kemenangan.

Tapi ternyata euforia tidak dirasakan sama oleh negara tetangga, yang gagal menaturalisasi salah seorang pemain karena terganjal masalah nasab. Kabarnya, pemain Belanda, Mats Deijl gagal dinaturalisasi oleh timnas Malaysia. Alasan FIFA menolak naturalisasi pemain yang merumput bersama Go Ahead Eagle itu lantaran hubungan garis keturunan Malaysia yang terlalu jauh. 

Itu dikarenakan Deijl memiliki darah Malaysia bukan melalui jalur keturunan kakek dan nenek sebagaimana diatur dalam ketentuan FIFA. 'Berdasarkan dokumen yang terlampir, pemain berusia 27 tahun itu memiliki darah Malaysia dari nenek moyangnya, bukan dari kakek atau neneknya, sebagaimana diatur dalam ketentuan FIFA. Rupanya aturan nasab di FIFA hanya sebatas generasi ketiga. 

Sedangkan Mats Deijl dinilai tidak memenuhi syarat membela timnas Malaysia karena darah keturunannya tidak dari nenek atau kakek, tetapi dari buyut yang lahir di Singapura saat masih tergabung dengan wilayah Malaysia. Lain cerita proses naturalisasi Malaysia yang gagal, lain pula cerita Timnas Indonesia yang moncer dalam memroses pemain naturalisasinya. 

Di pertandingan babak lanjutan ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Indonesia akan menghadapi Bahrain di Stadion Nasional Bahrain, pada hari ini, 10 Oktober 2024. Dengan 13 pemain nasab tanah air (naturalisasi) dari 27 pemain yang dibawa ke Bahrain, rasanya kita tidak bisa membantah jika malam nanti Timnas Indonesia pakai nasab tanah air (naturalisasi) untuk melawan Timnas Bahrain. 

Sebagaimana susunan pemain yang diturunkan saat melawan Timnas Arab Saudi dan Timnas Australia, yang masing-masing menurunkan 9 (sembilan) pemain nasab tanah air, maka formasi yang sama sepertinya akan diterapkan juga saat melawan Timnas Bahrain malam nanti.

Dengan materi pemain yang ada, kondisi mental pemain Indonesia yang sedang on fire dan sebaliknya kondisi mental pemain Bahrain yang sedang terpuruk akibat kekalahan 0-5 melawan Timnas Jepang. Ditambah sanksi hukuman yang diterima Federasi Sepak Bola Bahrain (BFA) oleh FIFA karena adanya penggunaan laser dan peluit dari suporter di laga melawan Jepang, yang secara psikologis tentu berdampak pada menurunnya daya penyemangat bagi Timnas Bahrain, yakin Bahrain akan dibikin terjerembab dengan skor 2-1 untuk Timnas Indonesia.     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun