Istilah punchline mulai populer sejak dunia stand up comedy berkembang di Indonesia. Punchline merupakan kata dalam bahasa Inggris, yang berarti 'bagian lucunya'.Â
Jika penggunaan kata punchline dipisah menjadi dua kata punch dan line, maka arti yang muncul adalah 'garis pukulan'.
Dalam stand up comedy, punchline adalah bagian lucu dari sebuah lawakan. Punchline adalah respon dari sebuah deskripsi atau set up yang sebelumnya disampaikan.Â
Sebab keberhasilan dari sebuah punchline ditentukan dari seberapa kuat seorang komedian membangun dan menggiring pikiran penonton melalui set up.
Contoh sederhana: set up "Bokap gue orangnya mandiri, normalnya orang pesan nasi goreng minta telurnya didadar atau di ceplok, bokap gue nggak. Punchline " …… dia minta dibawa pulang dong".Â
Pesan dari set up dan punchline dalam stand up comedy tersebut mengarahkan bahwa bagian lucunya justru menyiratkan pikiran logis. Kalau orang pesan nasi goreng apa pun varian, topping, rasa, campuran dan cara memasak pesanannya, tentu logisnya tetap saja nasi goreng yang dipesannya minta dibawa pulang agar bisa dimakan oleh si pemesan.
Akhir-akhir ini, tidak sedikit komika menggunakan set up dan punchline berlatar belakang atau bertema politik. Selain sebagai materi lawakan, tema politik yang dibawakannya ternyata juga berangkat dari keresahan tentang demokrasi dan politik yang dianggap sudah keluar dari koridor akal sehat.Â
Lawakan-lawakan bertema politik yang diusung oleh sejumlah komika merupakan bentuk kritik sekaligus pula perlawanan terhadap para legislatif, eksekutif, politikus, birokrat dan tokoh-tokoh yang berperilaku buruk, tidak adil, arogan, sewenang-sewenang, tidak empati atau tidak peduli terutama pada rakyat yang tidak mendukung, mengusung atau tidak berpihak kepadanya.Â
Tetapi bukannya menerima kritik dan menjadikannya masukan untuk mengintrospeksi diri, menyadari kekeliruan, berjiwa besar atau meminta maaf untuk segera menunjukkan perubahan diri ke arah lebih baik, respon mereka yang dikritik justru menunjukkan perihal tak terduga.Â
Memang bukan tanpa sebab mereka merespon dengan cara berbeda karena siapa sangka pula bila kritik yang disampaikan belakangan ini seringkali dilengkapi dengan bumbu perundungan dan berbau olok-olok.Â