Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kaum Sebelah, 'Tone Deaf' dan 'Overly Sensitive' di Media Sosial

4 September 2024   07:14 Diperbarui: 4 September 2024   13:05 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: (PEXELS/RODNAE Productions/lifestyle.kompas.com) 

Perilaku overly sensitive yang kerap dilakukan dalam interaksi sosial digital kemudian cenderung mengeliminasi sisi sebelahnya tanpa melakukan verifikasi atau validasi lewat olah akalbudi sehingga hanya berfokus pada apologi dan keyakinan semu atas ego diri terhadap berita, informasi, pendapat, kondisi, peristiwa, perasaaan atau preferensi publik. 

Reaksi atau respon dengan bahasa atau aksi yang menempatkan akal pikiran secara terus-menerus hanya tertuju pada satu sisi atau berada di sebelah sisi meski apa pun konteksnya tanpa melihat, mengolah kebaikan dan/atau kebenarannya lalu memverifikasi serta memvalidasi, telah serta merta melahirkan apa yang disebut 'kaum sebelah'. 

Sebelah kanan, sebelah kiri, sebelah mata, sebelah tangan, sebelah kaki, sebelah otak, sebelah dukungan atau sebelah lainnya, yang tidak pernah berkenan atau sudi menempatkan akal budi (akal pikiran) ke dalam dua sisi untuk menyelami kebaikan dan kebenaran yang sesungguhnya. 

Kaum sebelah adalah orang-orang yang dengan apologi dan keyakinan semu atas ego dirinya, yang terus-menerus dipertahankan membela dan tetap berada di satu posisi tanpa sedikit pun berkenan atau sudi mengubah sebagian atau sejumlah pandangan, apologi dan keyakinannya atau dengan kata lain tidak peka (tone deaf) terhadap kebaikan atau kebenaran sisi lainnya, walaupun sisi yang dipertahankannya telah menampakkan ketidakbaikan, ketidakbenaran, kecurangan atau penyimpangan secara terang benderang.

Di platform digital dan platform media sosial, kaum sebelah seringkali dapat secara jelas terindentifikasi pada setiap konten, acara atau program-progam debat, diskusi, pertarungan atau pada berita, informasi, pendapat, kondisi, peristiwa, perasaan atau preferensi publik yang menimbulkan polemik, perseteruan atau perbedaan tak berujung. 

Orang-orang yang selanjutnya disebut sebagai kaum sebelah adalah mereka yang begitu sensitif dan dengan aktif mereaksi atau merespon apa pun yang berseberangan atau berlawanan pendapat atau tidak mendukung siapa pun yang didukung olehnya, dengan terus menggaungkan masalah atau polemik tanpa peduli pada kebaikan atau kebenaran yang sudah terbukti nyata. 

Sehingga kaum sebelah hanya selalu melahirkan kebisingan, kontroversi, provokasi dan sensasi untuk menguatkan apologi dan keyakinan semu atas ego dirinya kepada sisi yang berseberangan atau berlawanan dengan dirinya untuk menunjukkan kuasa, kekuatan, kemampuan atau superioritas.   

Karakteristik yang ditunjukkan oleh kaum sebelah cenderung saklek, ajek, ngeyel, arogan, pembising, tak mau mengalah, ngotot, asingo, tak puas, tak henti menyerang meskipun dihadapkan padanya kebaikan atau kebenaran nyata. 

Baginya, tak ada gading yang retak, susu sebelanga tidak akan pernah rusak oleh nila setitik, tupai yang pandai melompat tidak akan pernah jatuh. 

Tak akan ada yang bisa mengubah pendapat, kecintaan dukungan sebagai prinsip kaum sebelah ini walaupun langit runtuh, bumi porak poranda, jagat raya hancur berkeping-keping. 

Bila diibaratkan seorang pendosa apalagi pendosa yang baberdos, maka tiada yang bisa mengubahnya sekalipun didasari oleh kemauan diri yang kuat, kecuali ada hidayah yang mendatangkan kesadaran dan keinsyafan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun