Bunyi sumpah pemuda dengan konteks sebagai berikut: Pertama, "Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia". Kedua: "Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia". Ketiga: "Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia"
4. Membentuk Jiwa Nasionalisme
Dalam rangkaian acara HUT RI, seluruh kegiatan pasti dimeriahkan dengan lagu-lagu nasional dan segala pernak-pernik atau atribut yang digunakan umumnya tentang Indonesia. Hal itu turut akan membentuk jiwa pancasila, jiwa nasionalisme di setiap masyarakat Indoensia.
5. Menanamkan Sikap Pantang Menyerah
Lomba-lomba 17-an sering kali menjadi hiburan bagi penonton maupun pesertanya. Bagi peserta lomba 17-an setiap permainan lomba memiliki tingkat kesulitan masing-masing sehingga diperlukan semangat dalam sikap patang menyerah. Ini berarti bahwa lomba 17 Agustus-an menanamkan sikap pantang menyerah.Â
6. Mengarahkan dan Mendidik untuk Menerapkan Kemampuan Taktis.
Terakhir, jenis-jenis permainan lomba 17 Agustus-an selain memiliki tingkat kesulitan masing-masing, juga mempunyai karakteristik peperangan sebagai bentuk semangat dari hasil kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia, yang sebagiannya harus dilewati dengan peperangan baik perang senjata, perang mental maupun perang psikologis, yang tentu memerlukan strategi dan taktik.Â
Kemampuan taktis inilah yang kemudian perlu diarahkan dan perlu mendapat didikan agar generasi bangsa mempunyai kemampuan dalam berstrategi atau kemampuan menerapkan taktik dalam menghadapi tantangan masa depan. Suatu kemampuan yang dapat diterapkan ke dalam semua jenis kompetisi global. Untuk menguasai kemampuan taktis bisa dimulai dengan cara berpikir taktis. Apa itu berpikir taktis?
Dikutip dari id.quora.com, atas pertanyaan, apa bedanya berpikir taktis dan berpikir strategis? Salah satu jawaban oleh akun Wayan C.J., Â Berfikir taktis itu artinya berpikir praktis dan tanggap terhadap masalah yang ada di depan mata dan butuh keterampilan serta ketangkasan dan bersifat spontan. Dengan makna ini, maka untuk dapat menerapkan berpikir taktis dibutuhkan keterampilan atau kecakapan dan ketangkasan atau kecekatan yang telah melewati rutinitas pelatihan atau pembiasaan sehingga spontanitas yang terjadi saat penerapan merupakan hasil kemampuan atas latihan dan pembiasaan yang dilakukan.Â
Ironisnya, ketika semangat persatuan dan kesatuan selalu dipererat dan dibangun dalam setiap Hari Kemerdekaan 17 Agustus agar bangsa Indonesia senantiasa mengingat dan merealisasikan sumpah pemuda dalam kehidupan nyata, yang salah satunya adalah menerapkan bahasa persatuan "Bahasa Indonesia", Kompasiana lebih memilih frasa 'local heroes' dibanding frasa pahlawan lokal untuk menceritakan semangat kepahlawanan. Â Â
Referensi
https://id.quora.com/Apa-bedanya-berfikir-taktis-dan-berfikir-strategis