Terutama dua area utama otak yang memengaruhi kebiasaan berjudi meliputi: korteks prefrontal, yaitu bagian depan otak yang mengontrol perencanaan, pemecahan masalah yang kompleks, kepribadian, dan pemrosesan konsekuensi potensial, dan ventral striatum, yakni bagian otak yang memproses penghargaan dan emosi seperti kebahagiaan.Â
Dampak yang ditimbulkan oleh judi pun menyasar banyak aspek, mulai dari kecanduan hingga kesehatan mental yang terganggu, dampak finansial, sosial, hukum, ekonomi, hubungan keluarga, kesehatan dan pendidikan.Â
Oleh karena itu, orang-orang yang berpikir gambling merupakan orang-orang dengan kecenderungan otak di bawah pengaruh ilusi digital magnetis. Hanya berpikir pada bagaimana mempertaruhkan uang sesering mungkin dan sebanyak mungkin serta bersenang-senang di dalam permainan tanpa menyadari bahwa otak mereka sedang dikondisikan untuk tetap berada di sana tanpa ada keinginan keluar dan ilusi tentang kemenangan juga kekayaan.Â
Kondisi seperti itu pulalah yang kemudian banyak diadopsi oleh para topper (orang-orang atau akun-akun) di generasi topping dalam upaya mengejar viral dan meraih puncak; berpikir gambling pada konteks yang sama dalam sebuah pertaruhan. Membuat konten-konten kontroversi, provokasi, sensasi yang tidak memiliki manfaat buat orang lain selain kebisingan, polemik, perseteruan tapi yang penting viral dan mendatangkan cuan. Sebuah pertaruhan untuk viral dan cuan, yang mempertaruhkan nama baik, branding, trust, karakter, harga diri, popularitas dan lainnya
Tetapi tentu saja tidak semua cara berpikir gambling dalam perspektif topper merujuk pada taruhan sembarang seperti pertaruhan dalam perjudian tanpa memprediksi masa depan dengan menggunakan bekal pengetahuan ilmiah dan logis serta di bawah pengaruh ilusi digital magnetis atau dalam kondisi otak yang telah termanipulasi dan terlumpuhkan oleh seluruh daya tarik ilusinya.  Â
Referensi
https://www.gatewayfoundation.org/addiction-blog/how-gambling-affects-brain/