Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpikir Kriminal

8 Agustus 2024   18:49 Diperbarui: 8 Agustus 2024   19:12 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Di bawah terik matahari Jakarta yang sedang dimabuk revolusi, Kusni terseok-seok dari Harmoni sampai ke Merdeka Barat, dan melihat orang banyak di depan gedung yang ada patung gajahnya. Ia membaca: museum, dan iseng ikut masuk sekedar melepaskan lelah, pikirnya." 

"Ia melihat-lihat arca-arca tanpa minat sedikit pun. Tapi ketika sampai Ruang Pusaka, darahnya bergerak dan kegairahan meliputinya. Sekeliling dinding, di pajangan terletak harta yang tak ternilai harganya; pedang, keris, cincin, bros, gelang, kalung, semuanya dari emas, berlian, atau permata," cerita Parakitri T. Simbolon dalam buku Kusni Kasdut (1979).

Pikiran Kusni Kasdut saat mengunjungi museum adalah bagian jelas dari cara berpikir kriminal, yang membedakan dengan pikiran orang-orang lainnya yang mengunjungi museum.  Bagi Kusni museum yang lebih dikenal sebagai Museum Gajah itu menyimpan kekayaan yang tak sedikit. Bahkan, tak ternilai harganya. Kusni Kasdut mengetahui hal itu karena dirinya telah lama melakukan riset terkait isi museum. Semua benda pusaka yang terbuat dari emas, berlian, hingga permata menggiurkannya. Rencana perampokan itu dimatangkan olehnya.

Aksi perampokan itu lalu dimulai dari sebuah rumah di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Strategi yang dibuat adalah mencoba menyamar sebagai polisi. Demi mendukung aksinya, Kusni dan teman-temannya menyiapkan sebuah jeep curian dengan plat nomor yang dipalsukan. Intinya, rencana perampokan sesudah melalui proses berpikir kriminal, berhasil membawa 11 permata atau berlian dan melarikan diri dengan meninggalkan satu korban tewas. 

Berpikir kriminal bukan konsep berpikir yang dianjurkan atau direkomendasikan untuk menggunakan akal budi sebagai alat untuk mempertimbangkan dan memutuskan melakukan perbuatan jahat yang akan direalisasikan, bahkan seharusnya tidak dilakukan. Sebab pada dasarnya perbuatan kriminal bertentangan dengan norma kebaikan, moral, agama dan hukum yang berlaku sehingga jangankan direalisasikan, masih berada dalam pikiran saja, berpikir kriminal wajib segera dimusnahkan. Adakah cara membebaskan orang-orang dari berpikir kriminal?

Ranah berpikir kriminal adalah perihal yang tidak dapat dibaca apalagi diketahui karena ada pada masing-masing benak setiap orang. Tetapi penyebab dan gejala berpikir kriminal sampai akhirnya terealisasi pada perbuatan kriminal dapat diprediksi dan dilihat lewat kondisi emosional, psikologis, mental, sosial dan ekonomi setiap orang. 

Dalam konteks ilmu kriminologi ada istilah kriminogen, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu "krima" berarti kejahatan, dan "genes" berarti asal atau penyebab. Jadi, secara harfiah, "kriminogen" merujuk pada sesuatu yang menjadi penyebab atau pemicu kejahatan. 

Istilah kriminogen juga bisa ditujukan bagi orang-orang yang mempunyai dominasi gen kriminal lebih kuat dalam tubuhnya (asumsi ini masih perlu kajian lebih dalam lewat ilmu biologi tentang genom). Tapi orang yang di dalam tubuhnya terdapat gen kriminal (kriminogen) akan jauh lebih mudah terpengaruh untuk merealisasikan perbuatan kriminal ketika ada pemicunya.

Maka cara untuk membebaskan setiap orang dari berpikir kriminal sehingga dapat mencegah ke tindakan kriminal adalah melalui individu masing-masing setiap orang, yaitu dengan menonaktifkan gen kriminalnya, menjauhi dan memusnahkan segenap pemicu kriminal dari benaknya, menguatkan iman dan takwanya (religiositas), menjaga emosionalnya, memperkuat psikologis dan mentalnya, dan berupaya memperbaiki sosial dan ekonominya. 

Tapi dibutuhkan pula peran keluarga, lingkungan dan pemerintah dalam mendukung semua itu. Termasuk di dalamnya jaminan keamanan, hukum, interaksi sosial yang baik, pertumbuhan ekonomi  dan ketersediaan lapangan kerja.    

Sebagai ganjaran bagi mereka yang mampu mengubur atau memusnahkan berpikir kriminal sehingga realisasi perbuatan kriminalnya menjadi batal, Rasulullah SAW bersabda, Jika seseorang ingin melakukan keburukan, tapi dia tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatat baginya satu kebaikan yang sempurna (HR Bukhari Muslim). Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mampu membatalkan apa pun berpikir kriminal yang sempat singgah di benak. 

 

Referensi

https://voi.id/memori/125624/kisah-kusni-kasdut-dari-pejuang-kemerdekaan-menjadi-perampok-museum-gajah      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun