Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Es Krim Tradisional dan Pagophobia

7 Agustus 2024   00:19 Diperbarui: 7 Agustus 2024   00:23 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Perpustakaan Nasional/facebook.com

Siapa bilang es krim tradisional Indonesia tidak ada? Jika mencari asal-usul siapa atau negara mana yang mencetuskan es krim pertama kali melalui sumber daring sepertinya memang belum ada informasi pasti dan masih menuai perdebatan dari mana asalnya. 

Tetapi informasi tentang siapa yang pertama kali mempopulerkan es krim dijual di kedai atau kafe adalah Procopion dari Sisilia, Italia, dan memiliki kesamaan untuk kedai es krim yang pertama kali dipopulerkan di Indonesia. Sama-sama didirikan oleh orang Italia dan gerainya diberi nama es krim ragusa. 

Sementara yang dimaksud dengan es krim tradisional justru lahir dari inovasi atau kreativitas masyarakat Indonesia yang coba membuat es krim dengan mengganti bahan utama susu dengan santan kelapa karena pada masa itu susu harga susu tidak terjangkau, dan pembuatannya dilakukan dengan cara yang tidak biasa. Yaitu dengan cara diputar-putar sehingga kemudian lebih dikenal dengan nama es putar. Bahan dasar santan kelapa dan cara pembuatannya itulah yang identik dengan nilai tradisional. 

Es krim tradisional ala Indonesia atau es putar rasanya lebih gurih meskipun teksturnya agak sedikit kasar dibanding es krim berbahan dasar susu. Pada perkembangannya, es putar mengalami transformasi ke berbagai rupa dan nama, seperti es kemong, es nong-nong, es podeng atau lainnya. 

Hanya saja, soal kelezatan dan kelembutan, lidah penikmat es krim, sepertinya cenderung berpihak pada es krim berbahan dasar susu. Sebab faktanya, pertumbuhan industri es krim hanya menunjukkan pada tumbuhnya gerai-gerai dari berbagai negara maupun merk es krim berbahan dasar susu. 

Dari industri es krim kemasan kita mengenal merk walls, campina, indo es krim meiji, aice, diamond, glico dan lainnya. Sedangkan untuk es krim saji atau racik kita mengenal baskin n robbin, hagendaz, mixue, momoyo, cooler city dan lainnya. 

Namun tahukah bahwa di balik kelezatan rasa dan kelembutan es krim, ternyata ada orang-orang yang fobia (takut) es krim. Masa sih? Dengan santapan selezat dan selembut itu masih ada orang yang takut es krim. 

Sebenarnya, pobia yang dialami oleh sejumlah orang bukan tertuju langsung pada es krim, melainkan pada rasa dinginnya. Ketakutan pada segala sesuatu yang dingin atau es beku yang disebut pagophobia berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu 'pago' yang berarti es dan 'phobos' yang berarti ketakutan. Apa yang menyebabkan pagophobia? 

Seperti pada ketakutan-ketakutan atau fobia lainnya, tidak dapat diketahui secara pasti kenapa seseorang mengalami pagophobia, tapi kecenderungannya disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, trauma penyakit atau trauma psikologis. 

Orang yang mengalami pagophobia, ketika berhadapan, menyentuh benda dingin atau merasakan suhu dingin akan menunjukkan gejala-gejala seperti berupaya lari atau menjauh, kaget, serangan panik, gugup, gemetar, mual, muntah hingga pingsan. Gejala tersebut juga bisa muncul ketika pengidap pagophobia hanya melihat objeknya saja. Bagaimana cara menghilangkan pagophobia? 

Cara menghilangkan pagophobia, tentu saja serupa dengan cara menghilangkan pada jenis fobia-fobia lainnya, yaitu melalui metode terapi fobia. 

Oleh sebab itu, bagi mereka yang mengidap fobia dingin atau pagophobia, segeralah melakukan terapi agar dapat merasakan nikmat, kelezatan serta kelembutan es krim dari berbagai negara, merk dan segala bentuk sajian atau racikannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun