3. Lokasi makan: lokasi makan bagi generasi topping tidak lagi berfokus pada ruang makan keluarga di meja makan, restoran atau warung-warung makan di sekitar rumah tinggal, tempat usaha atau kantor. Lokasi makan sekarang bisa di manapun bahkan cenderung dicari dengan berwisata kuliner dan membuat konten atau mendatangi tempat-tempat makan yang sedang tren atau viral. Termasuk menghadirkan menu makanan via online dan dijadikan konten.Â
4. Menu makan atau minum: generasi topping cenderung fomo pada menu-menu makanan baru, tren dan viral, sehingga menjadi rekomendasi wajib yang harus dicoba lalu dimasukkan ke dalam daftar menu makan keseharian mereka tanpa peduli menu makanan tersebut  junk food atau makanan dan atau minuman dengan kandungan minyak, gula, garam, kalori, karbohidrat, cabe, alkohol, kafein dan bahan berbahaya lainnya, yang kelak dalam jangka panjang memberikan dampak buruk pada kesehatan dan tubuh.
Dengan perubahan perilaku pada cara, waktu, lokasi dan menu makan atau minum, pola makan di generasi topping tentu saja sudah keluar dari koridor pola makan sehat, dan sangat berpotensi menimbulkan bahaya. Apa saja bahaya yang bisa ditimbulkan dengan pola makan yang tidak lagi berada di koridor pola makan sehat?Â
Berikut adalah bahaya yang dapat ditimbulkan sekaligus sebagai pengingat dan pencegah agar kita tidak termasuk orang-orang (generasi topping) yang mudah terpengaruh atau ikut-ikutan (fomo)Â pada aktivitas mukbang yang tren atau viral:Â Â
1. Gangguan pada keseimbangan tubuh dan pertumbuhan fisik.
Pola makan yang tidak teratur berisiko pada pemenuhan gizi seimbang, yang dapat menyebabkan pada gangguan-gangguan terkait kekurangan atau kelebihan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan serat. Gangguan-gangguan tersebut kemudian bisa menghambat pertumbuhan fisik secara normal proporsional.
2. Rentan mengalami obesitas.
Orang-orang yang memiliki pola makan tidak teratur berisiko mengalami obesitas. Jika terus dibiarkan mengonsumsi makanan tertentu secara brutal atau berlebihan seperti apa yang dilakukan pada mukbang, seseorang bisa mengalami kelebihan kalori maupun nutrisi yang dibutuhkan sehingga berisiko mengalami obesitas.
3. Kondisi kesehatan mental yang tidak optimal.
Pola makan yang tidak teratur atas perubahan perilaku tentang cara, waktu, lokasi dan menu makan atau minum dapat menyebabkan seseorang mengalami berbagai gangguan kesehatan mental. Sebab perubahan tersebut dapat meningkatkan risiko gangguan fisik seperti pusing, lelah, sakit kepala ringan, naiknya asam lambung, pencernaan atau lainnya hingga membuat seseorang mudah marah, tidak konsentrasi, emosional, rentan mengalami kondisi stres sampai berisiko mengalami depresi atau gangguna mental lainnya.
4. Rentan terhadap berbagai macam penyakit ringan hingga penyakit berat.