Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mengurai Dinasti Media Sosial dalam Narasi Politik Dinasti di Generasi Topping

30 Juli 2024   20:01 Diperbarui: 30 Juli 2024   20:02 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: HERYUNANTO/CHY/KOMPAS.ID

"Cut that stupid shit!" -- Pandji Pragiwaksono- 

Belum lama ini media sosial diramaikan berita tentang roasting seorang komika bernama Mega Salsabillah pada seniornya, Pandji Pragiwaksono. Roasting dalam dunia stand up comedy dipahami sebagai serangkaian lawakan yang dilontarkan oleh pelawak tunggal yang bertujuan untuk meledek dan/atau menertawakan individu lain yang dijadikan sasarannya.

Menariknya, materi roasting Mega Salsabillah, yang mendapat sorotan publik digital itu ternyata membahas tentang dinasti di stand up comedy. Sebagian besar masyarakat tentu tahu bahwa Pandji Pragiwaksono dikenal sebagai komika yang anti dengan politik dinasti. Sebuah narasi politik, yang berkembang sejak meluncurnya putusan MK Nomor 90.

Dalam roasting-nya, Mega menyebut "Dinasti itu terjadi bukan hanya di politik, bahkan di dunia stand up comedy, dan gue ngerasain sendiri, lu tau siapa pelakunya? Pandji Pragiwaksono," ujar Mega dalam video diiringi riuh tawa penonton. "Gue setiap hari open mic, keliling-keliling ikut lomba, bahkan gua perempuan pertama yang punya stand up tour di Indonesia, gua berharap bisa ada di line up Standup Fest," kata Mega. "Istrinya Pandji gak pernah open mic, nggak pernah ikut lomba, dia jadi line up Standup Fest cuma karena dia istri founder," sambungnya disambut tawa penonton. Pertanyaannya, apakah dinasti dapat dinarasikan ke semua lini kehidupan?

Bicara dinasti di stand up comedy, maka tidak akan terlepas dari berbagai komunikasi dalam diskusi-diskusi dan dialektika digital yang terjadi di dalam interaksi sosial digital di era generasi topping. Sejumlah pendapat, opini, argumentasi, bantahan, sanggahan, debat, polemik hingga caci maki tentang segala kata, definisi, topik, tema sampai impelentasi atau praktik yang diidentifikasi atau ditolak sebagai dinasti telah memenuhi jagat maya.

Bila dalam dunia stand up comedy (komika) dan perihal lainnya semisal dokter yang anaknya juga dokter, guru anaknya juga guru, dosen anaknya juga dosen, jendral anaknya juga jendral, dan profesi, jabatan, gelar atau pangkat lainnya yang menurun dari orang tua ke anak disebut dinasti, yang patut dipertanyakan kemudian adalah berikut:

1. Apakah posisi keprofesian, jabatan, gelar atau pangkatnya masuk kategori sebagai pimpinan di puncak profesi, jabatan, gelar atau pangkat yang disandangnya? 

2. Apakah profesi, jabatan, gelar atau pangkat yang mereka dapat diberikan begitu saja berdasar garis keturunan oleh orang tuanya tanpa melalui proses? 

3. Apakah orang tua yang memberikan profesi, jabatan, gelar atau pangkat untuk garis keturunannya berada di posisi puncak pimpinan dalam suatu bangsa atau negara, baik bangsa atau negara berbentuk sistem pemerintahan monarki maupun berbentuk sistem pemerintahan republik?

4. Apakah cakupan narasi dinasti yang dibangun pada berbagai lini kehidupan mempunyai kesetaraan dengan kerajaan dan bentuk sistem pemerintahannya? 

Di era serba digital seperti sekarang, jika konteks dinasti bisa dinarasikan sebatas ruang keluarga yang sedang membangun atau berupaya mengejar impian atau cita-citanya, maka mari coba mengurai tentang media sosial keluarga! Apakah media sosial keluarga dapat dinarasikan sebagai dinasti media sosial? Apa yang mampu dibangun oleh dinasti media sosial? Mari berandai-andai saja bila yang hendak dibangun adalah 'kerajaan bisnis keluarga' atau 'kerajaan bisnis media sosial keluarga', apakah keluarga Halillintar masuk dalam kategori dinasti media sosial?

Membangun kerajaan bisnis melalui media sosial tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, bukan sekadar menurunkan bisnis yang dimiliki orang tua ke anaknya. Perlu bekal ilmu bisnis digital termasuk di dalamnya penguasaan pemasaran internet (digital marketing) dan berbagai kompetensi pengetahuan dan keilmuwan digital lainnya. Namun meskipun tanpa mempunyai bekal apa-apa, seorang anak yang diberikan padanya tampuk pimpinan kerajaan bisnis oleh orang tuanya, ibarat seorang Raja atau Ratu yang menurunkan tahta kerajaan (bangsa atau negaranya) pada putra mahkota atau putri mahkotanya. Sah-sah saja. Tapi bagaimana bila narasinya tentang profesi di media sosial seperti youtuber, podcaster, story teller, influencer, streamer atau lainnya?     

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dinasti adalah keturunan raja-raja yang memerintah, semuanya berasal dari satu keluarga. Maka jika mengambil makna KBBI, yang paling memenuhi kriteria dinasti ketika dikorelasikan pada penyebutan pimpinan suatu bangsa atau negara, sangat identik untuk bangsa atau negara yang dipimpin oleh Raja atau Ratu dengan bentuk sistem pemerintahan monarki. Menurut KBBI pula, monarki diartikan sebagai bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh raja.

Dengan demikian, secara bahasa kata dinasti tidak tepat ketika dinarasikan pada apa pun lini kehidupan yang tidak mempunyai kuasa pemimpin dalam cakupan bangsa atau negara yang tidak memiliki bentuk sistem pemerintahan apa pun. Merujuk pada makna tersebut dan mengkorelasikannya dengan 4 poin pertanyaan di atas, maka narasi dinasti hanya patut dinarasikan pada konteks kepresidenan dalam bentuk sistem pemerintahan republiknya sebab mempunyai cakupan setara dengan kerajaan dengan bentuk sistem monarkinya. 

Lantas, jika narasi dinasti stand up comedy tidak tepat ditujukan pada Panji, narasi dinasti media sosial tidak tepat ditujukan pada keluarga Halilitar dan narasi dinasti pada berbagai lini kehidupan tidak tepat ditujukan pada siapa pun, narasi apa yang tepat disematkan pada Panji atas roasting komika Mega? Narasi apa yang tepat diberikan pada keluarga Halilintar dalam membangun profesi di dunia digital? Apakah narasi politik dinasti tepat ditujukan pada keluarga Jokowi?

Untuk kasus stand up comedy dan media sosial keluarga, apabila prosesnya diberikan begitu saja tanpa melalui bekal kompetensi atau proses perekrutan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, tentu saja hal yang demikian dapat dinarasikan atau disebut sebagai nepotisme atau pansos keluarga. 

Sedangkan untuk narasi politik dinasti, bila merujuk pada makna kata dinasti secara bahasa dengan bentuk sistem pemerintahan monarki, maka jelas tidak tepat pula mengatakan bahwa Presiden Jokowi menggunakan kedinastiannya dalam proses terpilihnya Gibran Rakabuming Raka menjadi Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029. Sebab pertama, Gibran tidak dinobatkan langsung oleh Jokowi. Kedua, Gibran tidak dinobatkan (terpilih) sebagai presiden, melainkan wakil presiden. Akan tetapi bila konteks narasinya adalah 'Politik Dinasti Jokowi', bukan 'Dinasti Jokowi', tentu saja maknanya akan berkorelasi dengan kata 'politik', dan narasinya bisa menjadi tepat.  

Referensi

https://www.suara.com/lifestyle/2024/07/24/145814/profil-mega-salsabillah-ini-riwayat-komika-yang-berani-sebut-pandji-pragiwaksono-lakukan-dinasti-di-stand-up-comedy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun