Membangun kerajaan bisnis melalui media sosial tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, bukan sekadar menurunkan bisnis yang dimiliki orang tua ke anaknya. Perlu bekal ilmu bisnis digital termasuk di dalamnya penguasaan pemasaran internet (digital marketing)Â dan berbagai kompetensi pengetahuan dan keilmuwan digital lainnya. Namun meskipun tanpa mempunyai bekal apa-apa, seorang anak yang diberikan padanya tampuk pimpinan kerajaan bisnis oleh orang tuanya, ibarat seorang Raja atau Ratu yang menurunkan tahta kerajaan (bangsa atau negaranya) pada putra mahkota atau putri mahkotanya. Sah-sah saja. Tapi bagaimana bila narasinya tentang profesi di media sosial seperti youtuber, podcaster, story teller, influencer, streamer atau lainnya? Â Â Â
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dinasti adalah keturunan raja-raja yang memerintah, semuanya berasal dari satu keluarga. Maka jika mengambil makna KBBI, yang paling memenuhi kriteria dinasti ketika dikorelasikan pada penyebutan pimpinan suatu bangsa atau negara, sangat identik untuk bangsa atau negara yang dipimpin oleh Raja atau Ratu dengan bentuk sistem pemerintahan monarki. Menurut KBBI pula, monarki diartikan sebagai bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh raja.
Dengan demikian, secara bahasa kata dinasti tidak tepat ketika dinarasikan pada apa pun lini kehidupan yang tidak mempunyai kuasa pemimpin dalam cakupan bangsa atau negara yang tidak memiliki bentuk sistem pemerintahan apa pun. Merujuk pada makna tersebut dan mengkorelasikannya dengan 4 poin pertanyaan di atas, maka narasi dinasti hanya patut dinarasikan pada konteks kepresidenan dalam bentuk sistem pemerintahan republiknya sebab mempunyai cakupan setara dengan kerajaan dengan bentuk sistem monarkinya.Â
Lantas, jika narasi dinasti stand up comedy tidak tepat ditujukan pada Panji, narasi dinasti media sosial tidak tepat ditujukan pada keluarga Halilitar dan narasi dinasti pada berbagai lini kehidupan tidak tepat ditujukan pada siapa pun, narasi apa yang tepat disematkan pada Panji atas roasting komika Mega? Narasi apa yang tepat diberikan pada keluarga Halilintar dalam membangun profesi di dunia digital? Apakah narasi politik dinasti tepat ditujukan pada keluarga Jokowi?
Untuk kasus stand up comedy dan media sosial keluarga, apabila prosesnya diberikan begitu saja tanpa melalui bekal kompetensi atau proses perekrutan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, tentu saja hal yang demikian dapat dinarasikan atau disebut sebagai nepotisme atau pansos keluarga.Â
Sedangkan untuk narasi politik dinasti, bila merujuk pada makna kata dinasti secara bahasa dengan bentuk sistem pemerintahan monarki, maka jelas tidak tepat pula mengatakan bahwa Presiden Jokowi menggunakan kedinastiannya dalam proses terpilihnya Gibran Rakabuming Raka menjadi Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029. Sebab pertama, Gibran tidak dinobatkan langsung oleh Jokowi. Kedua, Gibran tidak dinobatkan (terpilih) sebagai presiden, melainkan wakil presiden. Akan tetapi bila konteks narasinya adalah 'Politik Dinasti Jokowi', bukan 'Dinasti Jokowi', tentu saja maknanya akan berkorelasi dengan kata 'politik', dan narasinya bisa menjadi tepat. Â
Referensi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H