Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Bisakah Pejabat Gagal di Indonesia Berjiwa Besar seperti Kimberly Cheatle?

25 Juli 2024   11:09 Diperbarui: 25 Juli 2024   11:14 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kimberly Cheatle. Sumber: AP Photo/Rod Lamkey, Jr./kompas.tv 

Sabtu, 13 Juli 2024. Masyarakat dunia, khususnya penduduk Amerika Serikat dikejutkan oleh berita penembakan calon Presiden dari Partai Republik, Donald Trump. Seorang pemuda berumur 20 tahun, yang kemudian diketahui bernama Thomas Matthew Crooks dari Pennsylvania, salah satu staf dapur di salah satu panti jompo, dinyatakan sebagai penembaknya. 

Donald Trump selamat dari penembakan tapi mengalami luka di telinga kanannya akibat terkena peluru pada peristiwa itu. Kabarnya, satu pendukung Trump tewas dan dua lainnya ikut terluka, sedangkan pelaku penembakan, Crooks, berhasil ditembak mati oleh Pasukan Pengamanan Kepresidenan Amerika Serikat (AS), Secret Service. 

Salah satu tanggung jawab United State Secret Service (USSS) adalah perlindungan, yang bertujuan untuk memberikan keamanan bagi para pemimpin nasional saat ini zaman dulu beserta keluarga mereka, seperti Presiden, Presiden masa lampau, Wakil Presiden, kandidat presidensial, kepala negara kunjungan dan duta besar asing. 

Berdasarkan tanggung jawab itulah, maka peristiwa penembakan terhadap kandidat Presiden dari Partai Republik, Donald Trump, yang menimbulkan korban luka dan jiwa dapat menjadi sebuah fakta bahwa secret service tidak hanya lengah tetapi juga gagal dalam melaksanakan tanggung jawab pengamanannya. Bagaimana secret service menyikapi peristiwa penembakan yang dinilai gagal melindungi kandidat presiden yang menjadi salah satu tanggung jawabnya? 

Sebelum masuk pada informasi tentang sikap secret service atas peristiwa penembakan, pada Minggu, 21 Juli 2024, Joe Biden mengumumkan bahwa ia mengakhiri pencalonannya sebagai presiden AS. Ia mendukung Kamala Harris sebagai calon baru partai. Sederet alasan Joe Biden undur diri untuk Pilpres AS 2024 antara lain, di bawah tekanan atau desakan, kesalahan memperkenalkan nama (daya ingat/usia), alasan kesehatan, dan jajak pendapat menurun (elektabilitas tokoh menurun). 

Terlepas dari deretan alasan mundur Joe Biden, pengunduran dirinya menjadi salah satu fakta yang dapat menjawab tantangan seorang pejabat di kepresidenan Indonesia tentang menolak kekuasaan ketika memiliki kesempatan, dengan mengeluarkan pernyataan "Kekuasaan adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa ditolak. Bohong kalau ada orang yang bilang dia menolak tentang kekuasaan. Dan kalau datuk tidak persilahkan saya pulang, saya tunggu sini sampai siapa yang bisa bantai pernyataanku!" ucapnya pada pembawa acara dalam suatu talk show. 

Dalam acara tersebut pembawa acara langsung membantai pernyataan itu dengan bercerita tentang Presiden Amerika Serikat pertama dan kedua, George Washington, yang menolak masa jabatan ketiganya meskipun diminta kembali oleh rakyatnya. Bandingkan dengan apa yang terjadi di Indonesia saat isu perpanjangan masa jabatan presiden lebih dari 2 periode mengemuka ke publik,yang berarti menunjukkan bahwa kekuasaan bukan saja tidak akan ditolak atau sekadar cukup tetapi kurang.  

Oleh karena itu, dengan keluarnya pernyataan pejabat kepresidenan yang demikian, dan dapat dibantah oleh fakta yang pernah ada, masyarakat Indonesia semestinya dapat menilai sejauh mana kapasitas kebesaran jiwa yang dimiliki oleh banyak individu di kalangan pejabat tanah air. 

Jangankan berani berjiwa besar untuk menyatakan mundur sebagai pimpinan ketika gagal dalam melaksanakan salah satu tugas yang diembannya, pernyataan tentang penolakan kekuasaan saja tidak mencerminkan jiwa besar. 

Bagi pejabat tersebut, tidak ada satu pun manusia akan atau mau menolak kekuasaan. Ini berarti sama saja seperti hendak mengatakan bahwa semua manusia haus kekuasaan tanpa terkecuali dan menafikan keberadaan orang-orang yang tidak maruk kekuasaan. Lantas apa kaitannya berjiwa besar dengan Kimberly Cheatle?  Siapa Kimberly Cheatle? 

Kimberly Cheatle adalah Direktur Secret Service, ia adalah orang yang dinilai paling bertanggung jawab atas kegagalan secret service dalam mencegah pelaku penembakan mendekati area saat Donald Trump sedang berkampanye dan dengan leluasa melakukan penembakan hingga menimbulkan korban luka dan jiwa. 

Tapi walaupun dimulai dari desakan mundur oleh anggota parlemen AS, Cheatle sebagai personal dan pimpinan secret service memilih sikap untuk berjiwa besar, dan mengatakan "Saya bertanggung jawab penuh atas kelalaian keamanan tersebut," katanya mengawali sikapnya melalui sebuah email kepada stafnya, dikutip dari Associated Press. "Mengingat kejadian baru-baru ini, dengan berat hati saya telah membuat keputusan sulit untuk mengundurkan diri sebagai direktur Anda.". Demikian pernyataan mundur Cheatle. 

Mari bandingkan dengan pejabat-pejabat di tanah air ketika melakukan kesalahan! Jangankan mundur! Minta maaf pun sepertinya enggan. Contoh saat PDNS kejebolan oleh serangan siber pada 20 Juni 2024, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi diminta mundur dari jabatan imbas sistem layanan Pusat Data Nasional. 

Berdasarkan petisi "PDNS Kena Ransomware, Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi Harus Mundur". Petisi yang dimulai oleh organisasi Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) pada 26 Juni 2024, dan sudah ditandatangani lebih dari 2.ooo serta didemo oleh mahasiswa-aktivis agar mundur dari jabatan Menkominfo, Budie Arie yang dinilai gagal mengamankan data negara tidak bergeming dari jabatannya.   

Pada Akhirnya, jawaban untuk pertanyaan 'Bisakah pejabat gagal di Indonesia berjiwa besar seperti Kimberly Cheatle?' sederhana saja; "Belum bisa". Salah satu indikasi mengapa kita belum bisa berjiwa besar adalah karena di negara Indonesia tidak ditanamkan jiwa besar dan budaya malu sejak dini. Sebab budaya yang lebih cenderung diimplementasikan adalah mencari kambing hitam sehingga setiap kesalahan dialihkan pada orang atau kelompok lain. 

  

Referensi    

https://dunia.tempo.co/read/1895020/sederet-alasan-joe-biden-undur-diri-untuk-pilpres-as-2024

https://id.wikipedia.org/wiki/United_States_Secret_Service

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun