4. Konteks Bahasan
- Konteks bahasan konten edukasi seks berfokus pada informasi terkait pertumbuhan dan perkembangan, fungsi, risiko, manfaat, pencegahan atau pengetahuan.Â
- Konteks bahasan konten stensil berfokus pada informasi tentang kronologis peristiwa seks, kesenangan, kepuasan, maksud terselubung, ukuran, untung rugi, kebanggaan hingga promosi diri.Â
5. Bahasa Wajah dan Bahasa Tubuh Pembawa Acara dan/atau Narasumber
- Bahasa wajah dan bahasa tubuh pembawa acara dan/atau narasumber konten edukasi seks tampak santai, serius, penuh motivasi, wibawa, enerjik, sopan, beretika atau tidak menampakkan kesan erotis atau sensual yang dapat mengundang birahi hingga membuai penonton atau penikmatnya mengarah pada kebutuhan yang harus dipenuhi atau dilampiaskan. Â Â
- Bahasa wajah dan bahasa tubuh pembawa acara dan/atau narasumber konten stensil cenderung memberikan kesan menggoda, membujuk, mengajak, membuat hasrat, libido atau nafsu meningkat menjadi gairah atau birahi yang harus segera dipenuhi atau dilampiaskan dengan mengacu pada isi konten.
6. Dampak atau Manfaat
- Dampak atau manfaat konten edukasi seks jelas dapat memberikan wawasan dan pengetahuan terkait  pertumbuhan dan perkembangan genital dan organ tubuh, kesehatan reproduksi, penyakit menular, kehamilan, kontrasepsi dan mencegah atau meminimalisir berbagai penularan penyakit kelamin, bentuk pelecehan, kekerasan seksual dan perkosaan, perilaku seks tidak aman dan/atau menyimpang, pernikahan usia muda, informasi seks yang tidak aman serta seks bebas atau di luar nikah.
- Dampak atau manfaat konten stensil lebih cenderung mengarah pada dampak buruk terkait bahaya narkolema sehingga manfaat yang bisa diambil oleh penonton atau penikmat usia anak nyaris tidak ada.Â
Setelah mengetahui perbedaan antara konten edukasi seks dan konten stensil maka sinyal bahaya narkolema dapat diketahui melalui indikator perbedaan antara konten edukasi seks dan konten stensil.Â
Narkolema (Narkoba Lewat Mata) dalam konteks konten stensil digital juga dapat dipahami sebagai narkoba lewat telinga adalah pornografi yang dilihat dan didengar oleh seseorang melalui ruang-ruang stensil yang memiliki efek kecanduan dan daya rusak sebagaimana pada pengguna narkotika. Kerusakan yang dapat dialami akibat kecanduan pornografi antara lain :
1. Otak
Kerusakan yang dialami akibat kecanduan pornografi adalah rusaknya otak bagian depan (pre frontal cortex/ PFC). Pre Frontal Cortex berfungsi sebagai pusat pertimbangan dan pengambilan keputusan serta membentuk kepribadian seseorang (Hardiningsih, et all, 2021). Kerusakan ini ditandai dengan berkurangnya daya konsentrasi, berkurangnya keberanian dalam mengambil keputusan, menjadi pemalas dan hilangnya kemampuan dalam mengendalikan emosi.Â
2. Emosi
Banyak studi telah dilakukan atas kerusakan otak akibat pornografi. Saat seorang anak/remaja mengakses pornografi, Â maka diproduksi hormon dopamin yang mengeluarkan serotonin dan endorfin sehingga menimbulkan kepuasan dan keinginan untuk terus mengulang atau menjadi adiktif. Perasaannya lalu mudah menjadi kacau sebab selalu berusaha mencari konten pornografi, gampang marah dan cepat tersinggung bila aktivitas pornografinyanya terganggu, ditingkat yang parah emosinya jadi tidak terkendali saat aktivitas pornografinya terhambat atau ada yang menghambat.
3. Masa Depan
Dengan kecenderungan menutup diri, seseorang yang kecanduan pornografi akan sangat sulit menghentikan kecanduannya tanpa melakukan rehabilitasi atau terapi diri. Apalagi bila tingkat adiktifnya sudah ada di tahap aktivitas PMO (porn, masturbate and orgasm), jajan, pelecehan seksual, penyimpangan perilaku seks hingga perkosaan. Kerusakan perilaku akibat pornografi di tingkat ini jelas dapat menghentikan kecerahan masa depan setiap individu yang berada di kondisi tersebut.