Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena 'Klipklop', Ketika Kapasitas Akal Budi Bertemu Pemicunya

10 Agustus 2024   11:23 Diperbarui: 10 Agustus 2024   11:46 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ibu saya mengarahkan jawaban pada kami, anak-anaknya. Biar kami yang menentukan mau dibelikan apa. Sementara ibu menolak, adik dan kakak saya menyebut sebuah barang yang sedang diinginkan. Maka tanpa ragu dan dengan lantang saya menyebut sepatu Carvil jenis boat. 

Saya masih ingat saat pada akhirnya ikut mengantar paman ke Topaz (Tomang Plaza) di jalan Kyai Tapa, Jakarta Barat (sekarang Roxy Square) untuk membeli pesanan kami. Saya juga ingat kalau adik saya ternyata memesan sepatu yang sama. Momentum terwujudnya keinginan saya akan sepasang sepatu Carvil jenis boat itulah yang disebut klipklop.

Klipklop diambil dari dua kata klip dan klop. Klip berarti alat untuk menjepit lembaran kertas menjadi satu, dibuat dari kawat atau plastik. Sedangkan klop memiliki arti sesuai dengan yang seharusnya (tidak kurang dan tidak lebih) atau sesuai dengan apa yang telah dikatakan orang sebelumnya; cocok. 

Merujuk dari salah satu arti kata klip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), klip yang dimaksud dalam konteks klipklop ibarat menyusun lembaran-lembaran kertas untuk membuat proposal, skripsi, tesis, disertasi, artikel ilmiah, MoU (Memorandum of Understanding) atau bentuk tulisan lainnya ke dalam satu jilid yang diklip sebelum mendapat verifikasi dan validasi lewat tanda tangan, sidang, pengujian, cap bermaterai, persetujuan atau pengesahan. 

Berdasarkan rujukan tersebut, klip berarti proses pengumpulan atau penyimpanan (pengendapan) pengetahuan, informasi, produk, tren, ide, perilaku, kebutuhan, keinginan atau hasrat yang belum terlampiaskan atau terwujud sempurna di akalbudi yang menjadi bagian dari dan akan membentuk kapasitas akalbudi, yang dengannya dapat meningkatkan mutu atau justru membelokkan hidup seseorang.   

Sementara klop dimaksudkan sebagai kehadiran media perantara, momentum atau objek sasaran apa pun yang akan menjadi pemantik mencuatnya klip ke permukaan akalbudi untuk mengambil atau menempatkan dirinya untuk berkesesuaian dengan klip lainnya atau dengan melepas pelampiasan diri atas pengetahuan, informasi, produk, tren, ide, perilaku, kebutuhan, keinginan atau hasrat yang tersimpan kepada yang seharusnya. 

Jadi, klipklop adalah ketika pengetahuan, informasi, produk, tren, ide, perilaku, kebutuhan, keingin atau hasrat yang belum sempurna terlampiaskan atau terwujud dan tersimpan di akalbudi tersampaikan pada waktunya saat bertemu media perantaranya, momentumnya atau objek sasarannya kepada yang seharusnya. 

Dalam cerita Miska, ketika perilaku kelainan seksnya (lesbian) belum terlampiaskan atau terwujud sempurna dan masih tersimpan di akalbudi kemudian bertemu media internet (media perantara) sehingga dengan mudah mempertemukannya dengan orang-orang berhasrat sama, tersampaikan. Inilah klipklop. 

Pada cerita sepatu Carvil jenis boat, tren produk sepatu yang menjadi keinginan saya dan belum terlampiaskan atau terwujud serta masih menggantung di akalbudi lalu bertemu momentum dengan kehadiran seorang paman yang ingin berbagi rezeki akhirnya tersampaikan adalah klipklop. 

Tetapi ada fakta klipklop yang seringkali terjadi dan justru menimbulkan tragedi adalah tersimpannya informasi yang masuk dan tersimpan ke dalam akalbudi sebagai bagian dari bentuk emosional; dendam, sehingga walaupun terdapat proses memaafkan lalu melupakan, kenyataannya tidak demikian. 

Banyak kasus klipklop yang mengemuka setelah klip dendam dalam akalbudi seseorang yang ternyata masih bersembunyi dan tersimpan bertemu dengan objek sasarannya, yang menunjukkan bahwa banyak perseteruan, polemik, rasa kecewa dan sakit hati seseorang hanya menampakkan kata memaafkan di permukaannya saja, tapi sesungguhnya belum bisa melupakan. Di titik inilah, fenomena klipklop patut diwaspadai.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun