Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Check In dan Payudara Asma Komunikasi Seks Digital: Bahaya First Date di Generasi Topping

26 Mei 2024   14:10 Diperbarui: 8 Juni 2024   05:57 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Davies Surya/BBC Indonesia/kompas.com

Generasi topping alias generasi ngonten, generasi yang dikenal serba instan dalam hal apapun, patut diwaspadai ketika seseorang mulai melakukan interaksi sosial digital berlatar perkenalanan, pertemanan, asmara, kasih sayang, percintaan atau pencarian jodoh. 

Tidak dipungkiri, manusia memiliki kebutuhan sosial, kasih sayang, cinta, dan kebutuhan biologis, yang barangkali sulit didapatkan melalui dunia nyata karena memasang target atau kriteria yang juga sulit ditemukan pada kehidupan offline-nya. 

Kesulitan tersebut jadi berbeda saat mereka memasuki dunia maya, semua seolah menjadi mudah. Tapi yang mereka tidak sadari adalah bahwa kemudahan tersebut seringkali ditemukan lantaran mereka yang berada di dunia maya cenderung telah melakukan manipulasi terhadap profile, profesi, jabatan, status, cerita-cerita nyata tentang dirinya, bahkan foto dirinya. 

Sehingga seringkali banyak orang yang sesungguhnya memiliki niat untuk menemukan atau ditemukan pasangan demi memenuhi kebutuhannya tadi dalam konteks keseriusan atau hubungan baik-baik, justru terjebak dalam arus tipu daya. Di titik inilah bahaya mulai mengancam bagi mereka yang mudah terpengaruh oleh ilusi cinta digital. 

Bagi generasi topping, kopdar alias kopi darat adalah awal dari bagian interaksi sosial digital yang dikehendaki oleh sejumlah mereka yang menjelajah dunia maya dengan tujuan mendapatkan kenalan, pertemanan, kasih sayang, asmara atau hubungan lain antara dua sejoli. 

Namun awas! Kecenderungan pertemuan awal, kopdar atau first date di generasi topping kebanyakan mengarah pada ajakan check in, argumentasi ini merujuk pada banyaknya kasus pelecehan seksual, perkosaan, tipu daya atas nama cinta hingga kriminal berujung pembunuhan dengan latar belakang cinta atau relasi seks semata yang seringkali terjadi di pertemuan pertama pada tempat semacam kamar hotel. 

Maka ajakan first date yang patut diwaspadai ketika akan dilaksanakan antara lain; pertama, pemilihan tempat fisrt date seperti tempat sepi, kamar kos, hotel, rumah, apartemen atau tempat-tempat tertutup lainnya. Kedua, topik obrolan dan bahasa tubuh yang dapat terbaca saat first date. Ketiga, makanan dan minuman yang bisa saja telah dibubuhi obat tidur, penenang, perangsang atau pembius pada momen first date. 

Sedangkan untuk mengetahui indikasi seseorang di generasi topping begitu mudah mengajak check in pada pertemuan pertama atau first date adalah dengan mengamati rekam jejak interaksi sosial digitalnya. 

Dapat pula dilihat berdasar hasil pengamatan berikut sejak era media sosial mulai berkembang, yaitu indikasi terhadap seseorang yang sangat mudah mengajak check in pada first date dan berpotensi menjadi penipu berkedok asmara, pelecehan, perkosaan sampai tindak kriminal, yang dapat terbaca lewat ajakan payudara asma (tetek bengek) komunikasi seks digital yang bertahap. 

Mulai dari tahap pengenalan diri, pendekatan, intensitas komunikasi, perhatian, rayuan, permintaan yang tidak biasa dilakukan oleh orang yang baru kenal atau kenal sebatas media sosial hingga ke tahap ajakan payudara asma (tetek bengek) komunikasi seks digital sampai berujung ke ajakan pertemuan pertama atau first date dengan permintaan langsung check in. 

Adapan payudara asma (tetek bengek) komunikasi seks digital yang dimaksud bisa menjadi indikator bagi mereka yang mudah mengajak check in di pertemuan pertama dan wajib dihindari oleh calon korban atau orang yang ditarget adalah berikut: 

1. Mudah mengumbar kata sayang, cinta dan penuh perhatian selama masih berkomunikasi digital. Ujung-ujungnya minta sesuatu atau imbalan yang bernilai ekonomi atau ajakan bertemu. 

2. Ketika sudah mulai mampu memengaruhi, topik obrolan apapun selalu diarahkan ke seputar tema yang berkaitan dengan hubungan seks. 

3. Awalnya berani melakukan apa yang disebut chat seks, yaitu mengirimkan pesan teks berupa kata atau kalimat serta ajakan chat yang mengandung unsur mesum atau hubungan seks. 

4. Mulai menaikkan tensi komunikasi via chat seks dengan mengirimkan gambar dan/atau meminta gambar bagian-bagian tubuh yang sensitif atau alat vital. 

5. Komunikasi chat seks beralih atau dikombinasikan ke audio atau  dengan melakukan phonesex. 

6. Seiring perkembangan teknologi dan fitur pendukung telepon, komunikasi akan berlanjut pada aktivitas video call sex atau vcs. 

Itulah indikator yang merupakan ciri yang dimiliki oleh orang-orang di dunia digital dengan kecenderungan akan meminta atau mengajak kopi darat, ketemuan atau first date dengan ajakan langsung check in. 

Poin-poin itu juga bisa menjadi indikator seseorang yang melakukannya bisa masuk kategori sebagai penjahat kelamin, memiliki gangguan kelainan seks tertentu atau lebih licik menjadikan poin-poin aktivitas indikator tersebut sebagai alat sekstorsi. 

Dari berbagai kasus yang pernah muncul di berbagai media televisi, media online dan media sosial serta melalui konten-konten yang dibuat oleh para story teller tentang kasus-kasus penipuan, pemerasan, kriminal, pembunuhan berlatar belakang cinta digital atau sekstorsi yang berawal dari komunikasi digital hingga ke first date check in, menunjukkan betapa bahaya first date check in di generasi topping. Waspadalah! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun