Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Topper: Orang-orang yang Ingin Berada di Puncak Generasi Topping

22 Mei 2024   20:00 Diperbarui: 22 Mei 2024   20:17 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara etimologi, dalam bahasa Inggris topper berarti puncak; seseorang atau sesuatu yang berada di puncak. Dalam dunia food and beverage, topper berarti hiasan atau model kecil yang diletakkan di atas kue atau ditusukkan di badan kue. 

Oleh sebab itu, di generasi topping, topper adalah orang-orang atau akun-akun yang berupaya mendaki melalui platform digital dan platform media sosial untuk mencapai puncak. Yang dimaksud dengan puncak di sini identik dengan topping di dunia food and beverage yang senantiasa ditempatkan di posisi atas atau puncak. 

Sementara mendaki atau pendakian yang dimaksud di generasi topping bisa memiliki kecenderungan yang sama dengan pendakian yang dimaksud dalam kecerdasan mengubah hambatan menjadi peluang atau Adversity Quotient (AQ), yang digagas oleh Paul. G. Stoltz. 

Bahwa pendakian dalam Adversity Quotient menggunakan istilah yang lebih luas, yaitu menggerakan tujuan hidup seseorang apapun tujuan itu, yang di dalam generasi topping tentu saja menggerakan tujuan yang serupa tetapi dengan mekanisme, strategi, proses dalam konteks yang berbeda. Terutama dalam cara seseorang menggerakan tujuan hidupnya untuk mencapai puncak, termasuk menghadapi tantangan dan bagaimana mencari dan menemukan solusi serta mengatasi setiap permasalahan yang timbul.   

Walaupun cenderung memiliki gerakan pendakian yang mengarah pada tujuan yang sama, pada praktiknya terdapat banyak perbedaan antara implementasi AQ terkait kecerdasan yang mengubah hambatan menjadi peluang di dunia nyata (offline) dibanding di dunia maya (online). 

Karena itulah, istilah quitters, campers dan climbers yang dipakai Paul G. Stoltz sebagai tiga jenis orang yang bisa ditemui di sepanjang perjalanan mendaki gunung untuk merepresentasikan kecerdasan AQ, lagi-lagi mempunyai makna yang agak berbeda ketika diadopsi untuk merepresentasikan jenis orang yang mendaki (topper) di generasi topping. 

Ada satu temuan menarik di generasi topping tentang jenis orang (topper) yang berupaya mendaki ke puncak yang tidak dibahas pada Adversity Quotient untuk merepresentasikan jenis orang lainnya, yang bisa ditemui dalam perjalanan mendaki ke puncak, yakni penyimpang (deviaters). Jenis orang (topper) inilah yang  menjadikan pendakian di generasi topping agak berbeda dalam segala hal. Terlebih pada strategi, proses dan bentuk implementasinya dalam pendakian untuk mencapai puncak.   

Di generasi topping, quitters (topper yang berhenti) atau topper yang tidak menggerakkan tujuan hidupnya, dan tidak berusaha untuk melakukan pendakian, tetap mempunyai kesempatan mencapai puncak sekalipun dengan probabilitas minimal. 

Quitters adalah topper pasif, sekadar membuat akun lalu keluar atau masuk dan hanya menjadi penonton hingga sekadar bagian dari warganet atau netizen, yang sesekali memberi komentar atau penilaian pada konten orang lain. Bagi topper quitters, kehidupan nyata (offline) adalah yang utama.  

Campers (topper yang berkemah atau menetap), bagi topper campers eksistensi dan aktualisasi diri merupakan sesuatu yang sudah sangat memuaskan. Sebuah zona nyaman sehingga tidak perlu membuat konten berkualitas supaya bisa segera bertengger di jajaran puncak. Cukup memposting dan membagikan konten keseharian dengan kompleksitas dan aktualitasnya untuk menunjukkan eksistensi dan aktualisasi dirinya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun