Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seragam Sekolah dan Kain Kafan: Dampak Hierarki Pendidikan di Ujung Batas

30 April 2024   12:57 Diperbarui: 30 April 2024   13:00 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum masuk ke pembahasan tentang untung-rugi atau manfaat-mudarat penggunaan seragam sekolah, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu dampak positif yang terbangun oleh adanya hierarki yang dibentuk seragam sekolah melalui jenjangnya.

Sepanjang kita ketahui, hierarki jenjang pendidikan dapat diidentifikasi melalui seragamnya.Untuk sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), warna dan model seragam sekolah umumnya ditentukan oleh kebijakan masing-masing yayasan atau pemiliknya. 

Sedangkan di tingkat Sekolah Dasar (SD) memakai seragam putih-merah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) berseragam putih-biru dan Sekolah Menengah Atas/Umum (SMA/SMU) mengenakan seragam putih-abu-abu. Pada hari-hari tertentu, siswa-siswi SD,SMP hingga SMA/SMU memiliki seragam yang sama, putih-putih, pramuka, olahraga, batik atau busana keagamaan. 

Sementara untuk jenjang pendidikan tinggi, perguruan tinggi atau universitas di tingkat bangku kuliah mahasiswa/mahasiswi mengenakan pakaian bebas terkecuali untuk pendidikan tinggi vokasi. Mahasiswa-mahasiswi vokasi mempunyai seragam khusus sesuai dengan program keahliannya, ada seragam keperawatan atau kebidanan, perhotelan, perkapalan, penerbangan, perhubungan dan seragam vokasi lainnya. 

Perbedaan seragam di tiap jenjang pendidikan sesungguhnya telah membentuk hierarki jenjang pendidikan yang memberikan dampak positif terhadap identifikasi sekolah, rentang usia pelajar, dan sikap atau respon para pemangku pendidikan juga masyarakat dalam keikutsertaan mengawasi perilaku siswa-siswi berseragam di luar sekolah dan di luar jam pelajaran. 

Dengan seragam sekolah, seluruh masyarat bisa mengetahui dari sekolah mana seorang pelajar berasal, bisa membedakan rentang usia TK-SD, SD-SMP, SMP-SMA/SMU, dan SMA/SMU-Mahasiswa-Mahasiswi sehingga para pemangku pendidikan dan masyarakat bisa menentukan sikap atau respon (tindakan) apa yang harus diambil ketika terjadi penyimpangan dalam keikutsertaannya mengawasi perilaku mereka. 

Pada konteks rentang kehidupan manusia sejak mulai dilahirkan sampai menutup mata, sebelum toga (seragam) digunakan oleh semua jenjang pendidikan untuk proses wisuda kecuali di tingkat perguruan tinggi, hierarki identifikasi terbentuk dalam simbolisasi sempurna sebagai berikut: 

1. Ketika manusia lahir dalam keadaan telanjang tanpa sehelai benangpun (tanpa seragam), ini berarti yang menunjukkan bahwa semua manusia memiliki kesempatan yang sama dalam pendidikan. 

2. Seragam TK sesuai kebijakan yayasan atau pemilik (seragam dengan warna dan model variatif) , menunjukkan bahwa setiap manusia di rentang usia ini dalam perkembangan dan pertumbuhan awal membutuhkan perlakuan berbeda untuk membentuk berbagai jenis kecerdasan, minat dan bakatnya. 

3. Seragam SD putih-merah, ini memberikan keseragaman dan petunjuk bahwa di rentang usia ini, siswa-siswi diharapkan sudah mulai memiliki keberanian untuk berinteraksi aktif dalam kegiatan belajar mengajar, mulai belajar mandiri dan mempunyai dasar inisiatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun