Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Medvab": Strategi Berengsek dalam Upaya Meraih Cuan di Generasi Topping

23 April 2024   10:15 Diperbarui: 23 April 2024   10:19 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : jurnalpost.com pada artikel M. Thaufan Arifuddin judul Mengenal Neologisme Ideologi

Pernah terjadi satu kasus jual beli online gambar hard disk bikin heboh netizen. Pembeli merasa tertipu karena barang yang dibeli hanyalah gambar hard disk, bukan bentuk fisik. Kasus ini bermula saat seseorang bertransaksi di toko 'Pc Seller'. Dia membeli produk seharga Rp 450 ribu tetapi merasa tertipu karena hanya menerima kertas bergambar hard disk eksternal berkapasitas 1 TB. Padahal toko dengan akun Lioe Koen Tjen itu menjual 'Hardisk External WD 1 TB'. Dalam deskripsinya toko itu menulis 'hanya gambar saja'

Pembeli pun protes karena merasa tertipu. Namun pemilik toko membela diri. "Toko ini sangatlah jujur, hanya pembelinya yang terlalu cerdas sehingga mengetahui apa yang saya jual tanpa membaca deskripsinya terlebih dahulu," tulis si penjual. Kala itu berita tentang jual beli hard disk gambar saja menyebar luas. 

Philip Kotler menjelaskan bahwa pengertian produk adalah segala hal yang bisa ditawarkan, dipunyai, dimanfaatkan ataupun dikonsumsi agar mampu memuaskan kebutuhan ataupun keperluan konsumen. Di dalamnya mencakup wujud fisik, jasa, orang, tempat organisasi ataupun suatu ide. Secara umum produk adalah segala sesuatu yang mampu dihasilkan dari proses produksi berupa barang ataupun jasa yang nantinya bisa diperjualbelikan di pasar.

Adanya fakta kasus jual beli hard disk hanya gambar saja menunjukkan bahwa setiap produk yang bisa ditawarkan, dipunyai, dimanfaatkan ataupun dikonsumsi--selama bisa memuaskan kebutuhan  ataupun keperluan konsumen, sekalipun bukan dalam konteks jual-beli, dapat membuka celah manfaat bagi para pencari cuan untuk dibenargunakan menurut persepsinya.

Celah terbuka tersebut dimanfaatkan oleh banyak orang di bisnis online atau di keseluruhan interaksi sosial digital dengan cara menyajikan produk (umpan) kepada konsumen atau netizen, baik berupa gambar dan deskripsinya ataupun berupa audio, visual atau audio visual (video). Hasil pemanfaatan celah oleh para pencari cuan baru dapat dirasakan ketika produk (umpan) yang hendak dibeli, dipunyai, dimanfaatkan atau dikonsumsi oleh konsumen atau netizen tidak sesuai dengan apa yang disajikan bahkan nihil.   

Di beberapa e-commerce, marketplace atau toko online saya menemukan banyak penjual lain melakukan cara yang serupa dengan kasus jual beli online hanya gambar saja. Mereka juga menampilkan gambar produk (umpan) lengkap dengan deskripsinya ataupun menampilkan produk (umpan) secara audio, visual atau audia visual (video) tetapi semua tampilan itu justru menyesatkan indra.

Pada sebuah artikel di platform penyedia solusi e-commerce enabler berbasis cloud dari Singapura, Ginee.com, dibahas tentang apa yang termasuk dalam tindakan penipuan, beberapa perilaku penipuan, ciri-ciri penipu, kecurangan dalam pemenuhan pesanan dan cara mengatasi penipuan di salah satu e-commerce atau marketplace besar.

Pembahasan pada artikel tersebut ketika dikorelasikan dengan pengertian produk yang dapat membuka celah kemanfaatan, akan mengarahkan pemikiran pada kesimpulan bahwa sebagian besar tindak kejahatan online bisa dikategorikan sebagai fraud. Oleh karena makna fraud, seperti dikutip dari merdeka.com, adalah tindakan yang disengaja untuk memperoleh keuntungan yang tidak sah, baik untuk diri sendiri maupun untuk lembaga. Ini merupakan tindakan penipuan yang menggunakan berbagai cara dan/atau manipulasi untuk mendapatkan keuntungan yang ditargetkan. 

Tetapi kejahatan online beragam jenisnya, dan memiliki ciri masing-masing sehingga fraud tidak bisa merepresentasikan semua jenis kejahatan online.  Seperti salah satu jenis kejahatan online yang sudah terdengar familier misalnya, phising---memiliki strategi dan cirinya sendiri.

Mengutip sebuah laman lembaga pendidikan tinggi swasta tentang istilah phising. Di laman tersebut terbaca, phising adalah suatu metode untuk melalukan penipuan dengan mengelabui target dengan maksud untuk mencuri akun target. Istilah ini berasal dari kata "fishing" = "memancing" korban untuk terperangkap dijebakannya. Phising bisa dikatakan mencuri informasi penting dengan mengambil alih akun korban untuk maksud tertentu. Phising adalah scammer berbasis e-mail yang pada dasarnya adalah penipuan dengan mengatasnamakan nama kita sendiri.

Di sisi lain, kejahatan online lainnya secara keseluruhan cenderung memiliki kesamaan dengan kejahatan phising. Yakni dengan menerapkan strategi fishing atau memancing. Mengirimkan, menampikan, menyajikan atau memasang umpan terlebih dahulu. Baik melalui e-commerce, marketplace, toko online, media sosial atau interaksi online lainnya. Strategi ini diterapkan oleh para pencari cuan untuk memikat atau menarik minat konsumen atau netizen terhadap umpannya. Tetapi bagaimana caranya?   

Ada peribahasa yang berbunyi 'memancing di air keruh' yang artinya mencari keuntungan dalam keadaan yang kacau. Dari wikiquote.org, memancing di air keruh diartikan mengambil kesempatan pada sebuah peristiwa yang kalut atau menyedihkan. Menggunakan kesempatan yang tidak pada tempatnya. Peribahasa memancing di air keruh berikut pengertiannya ketika diterjemahkan ke dalam strategi fishing dan dikaitkan dengan terbukanya celah yang bisa dimanfaatkan oleh para pencari cuan atas apa yang dimaksud dengan produk---merupakan kesesuaian terhadap penerapan strategi pada kejahatan online lainnya yang cenderung memiliki kesamaan dengan kejahatan phising.

Terjemahannya kemudian diselaraskan dengan memanifestasikan pengubahan peribahasa memancing di air keruh dengan 'memancing di virus akalbudi' (akalbudi), yang diakronimkan menjadi medvab, ini sekaligus turut memperkaya perbendaharaan kosakata Bahasa Indonesia.  

Memancing di virus akalbudi atau medvab adalah mengirimkan, menampilkan, menyajikan atau memasang obyek tertentu (produk atau lainnya yang bisa dipunyai, dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan atau keperluan) di berbagai platform e-commerce, marketplace, toko online, media sosial atau interaksi online lainnya sebagai umpan---dan membuat akalbudi konsumen atau netizen yang telah terinfeksi mudah terpicu, terpikat atau tertarik untuk mempunyai, memanfaatkan, mengonsumsi umpan tersebut demi memenuhi kebutuhan atau keperluannya. Seorang atau sekelompok orang yang melakukan medvab selanjutnya disebut medvabur.

Setelah melakukan medvab, para pencari cuan (medvabur) layaknya para pemancing yang sedang menunggu umpannya dilahap ikan, menunggu saat tiba waktunya konsumen atau netizen terpicu, terpikat atau tertarik oleh umpannya. Dalam kasus  jual beli online gambar hard disk, toko 'PC Seller' adalah medvabur. Gambar harddisk external WD 1TB adalah umpan yang ditampilkan, disajikan atau dipasang yang kemudian menjadi pemicu bagi konsumen atau pembeli yang kena tipu. Virus akalbudinya (dorongan untuk mengambil keputusan) terindikasi ada di benak pembeli atau konsumen yang tertipu. Tetapi kapan virus akalbudi telah menjangkiti benak pembeli atau konsumen yang tertipu?

Akalbudi merupakan dunia batin (inside world) kita, di mana kita mengalami pergolakan pikiran dan emosi, di mana kita memahami (perceive), memercayai dan mengenang, dan di mana kita membentuk citra tentang dunia luar.  Lantas apa yang dimaksud virus akalbudi?

Virus hanya bisa hidup dan mengganda pada inangnya. Virus tidak akan mampu berbuat apa-apa jika berada di luar inangnya. Akalbudi manusia adalah inang bagi virusnya. Akalbudi merupakan media untuk menyimpan informasi, media yang menggandakan diri, mutasi, dan menyebar jauh, jauh lebih cepat daripada DNA. Akalbudi mahir baik menggandakan informasi maupun mematuhi perintah. Di dalamnya, hidup virus-virus akalbudi yang siap mengantar manusia pada kehidupan yang bisa membelokkan arah dan mendatangkan kerugian.

Virus akalbudi adalah sesuatu yang berkembang di dunia ini yang menjangkiti orang dengan meme. Meme ini pada gilirannya, memengaruhi perilaku orang-orang yang terjangkiti sedemikian rupa sehingga mereka menolong melestarikan dan menyebarkan virus tersebut. Seperti virus Michelangelo yang memerintah komputer agar merusak dirinya sendiri, virus akalbudi bisa mengendalikan kita agar berpikir dan bertindak dengan cara-cara yang bisa menghancurkan hidup kita. Sedangkan meme adalah pengganda yang berevolusi dalam akalbudi yang analog dengan gen. Unsur utama informasi di dalam akalbudi yang merupakan cerminan pengetahuan yang tersimpan di dalamnya.

Virus akalbudi sebagaimana virus hayati bekerja, selain bisa menggandakan diri juga merusak organ tubuh yang didiaminya. Maka berdasarkan definisi tersebut, virus akalbudi terindikasi telah menginfeksi setiap akalbudi. Dan infeksinya suatu saat akan memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Pengaruhnya akan tampak pada proses dan hasil pengambilan keputusan cepat atas pilihan atau penentuan yang diambil. Kasus pembelian harddisk external WD 1 TB hanya dapat gambar saja memiliki indikasi itu.   

Seorang peraih hadiah nobel bidang ekonomi, Daniel Kahneman, pada penelitiannya tentang dua sistem untuk memahami cara kerja otak menggunakan istilah-istilah yang aslinya diajukan dua psikolog, Keith Stanovich dan Richard West, serta menyebut dua sistem dalam akal budi (akalbudi) itu sistem 1 dan sistem 2. Dua sistem tersebut kemudian sering disebut sistem berpikir cepat dan sistem berpikir lambat. Daniel Kahneman menemukan sekitar 95% dari pikiran kita secara tidak sadar adalah berpikir cepat dan sekitar 5% dari pikiran kita yang sadar menggunakan berpikir lambat.  

Berbagai penelitian terkait dengan cara kerja otak dalam mengambil keputusan telah banyak dilakukan oleh para ahli. Baik  bidang ekonomi, psikologi, neurosains atau bidang lainnya. Herbert Simon, peraih Hadiah Nobel dalam bidang psikologi, mengibaratkan otak manusia seperti gunting (yang memiliki dua pisau). Pisau pertamanya adalah otak, ujarnya, sedangkan pisau keduanya ialah lingkungan tempat otak tersebut bekerja. 

Dari sekian banyak penelitian tentang cara kerja otak dalam pengambilan keputusan, keseluruhannya mengarahkan pada simpulan bahwa otak merupakan eksekutor atas keputusan-keputusan yang diambil. Sehingga berdasarkan temuan sistem 1 dan sistem 2, kecenderungan diambilnya keputusan yang dipilih oleh sang eksekutor ini, paling dominan dilakukan oleh sistem berpikir cepat (sistem 1). Dan oleh karena kedua sistem tersebut merupakan bagian dari akalbudi, dominasi sistem berpikir cepat dalam melakukan eksekusi tentu dipengaruhi oleh akalbudi itu sendiri dan/atau virus yang telah menjangkitinya.      

Sekira tahun 2004, saya pernah melakukan percobaan medvab pada sebuah forum online yang topiknya seputar eksploitasi wanita. Forum itu didominasi oleh kaum laki-laki. Terbaca dari nama-nama akun, topik obrolan dan apa yang ingin mereka dapatkan di forum tersebut. Keinginan mereka tertuju pada eksploitasi kecantikan, kemolekan tubuh dan seks. Saat itu saya masuk dengan akun wanita dan memosisikan diri sebagai sumber informasi.

Kepada mereka saya lempar umpan dengan tawaran informasi berupa daftar wanita yang bisa dihubungi dan ditindaklanjuti. Saya informasikan bahwa daftar wanita yang akan saya berikan adalah valid. Syaratnya cukup mengirimkan kode nomor voucher pulsa minimal Rp 25.000 untuk tiga nomor valid. Hasilnya tanpa diduga, hanya dalam dua hari saya mendapat pemasukan nilai pulsa sebesar Rp 400.000. Angka yang terbilang cukup besar pada tahun itu untuk nominal nilai pulsa.

Air keruh mewakili keadaan akalbudi (inside world) yang kacau, kalut tetapi mudah dibuat manut karena telah terinfeksi virus akalbudi yang tidak mampu dikendalikan.  Kecantikan, kemolekan tubuh dan seks adalah bagian dari informasi yang sekaligus dorongan dari dalam diri paling klasik yang seringkali terendap di akalbudi yang telah terinfeksi dan pada umumnya menyerang benak laki-laki serta sulit dikendalikan. Maka ketika diberikan umpan terkait objek yang bisa memenuhinya, keputusan cepat segera diambil tanpa berpikir akibatnya. Begitupun dengan indikasi yang terjadi pada kasus beli hard disk online dapat gambar saja, informasi sekaligus dorongan dari dalam diri tentang harga murah dan merk ternama dari hard disk tersebut telah mengendap di akalbudi yang terinfeksi sehingga deskripsi yang tertulis 'hanya gambar saja' di toko 'PC Seller', terabaikan.

Namun pada prinsipnya, tidak semua strategi medvab oleh para medvabur diterapkan dengan manipulasi atau cara-cara curang sebagai salah satu strategi berengsek dalam upaya meraih cuan. Banyak medvabur yang masih melakukan proses medvab murni dengan mengambil cuan tanpa sengaja memanipulasi atau berbuat kecurangan yang bisa mendatangkan kerugian bagi konsumen atau netizen. Strategi medvab yang mereka terapkan tetap berada pada koridor yang benar, mengambil cuan dengan memerhatikan kepuasan terhadap pemenuhan kebutuhan atau keperluan konsumen atau netizen atas umpan yang dikirimkan, ditampilkan, disajikan atau dipasang. Sebab tidak semua virus akalbudi membelokkan arah kualitas hidup manusia 

Akhirnya, untuk bisa terhindar dari strategi medvab yang manipulatif atau mengandung unsur kecurangan, yang perlu dilakukan oleh para konsumen atau netizen adalah senantiasa mengupayakan pikirannya dalam kondisi nalar kritis atau selalu memosisikan dirinya sebagai konsumen atau netizen yang tidak rabun umpan.   

***

Referensi

Brodie, Richard. 2005. Awas! Virus Akalbudi Ganas. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia.

Calne, Donald. B. 2004. Batas Nalar Rasionalitas dan Perilaku Manusia. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia.

Kahneman Daniel. 2019. Thinking Fast and Slow. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Lehrer, Jonah. 2009. How We Decide. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta.   

Ferryanto, SG. 2014. Ternyata, Kita Seringkali Keliru dan Tertipu!. https://www.kompasiana.com/sgferryanto/54f698bda3331191178b4f4b/ternyata-kita-seringkali-keliru-dan-tertipu, diakses pada 21 September 2022 pukul 12.03.

Sari, Azani Cempaka. 2018. Pengenalan Teknologi Informasi Mengenai Apa Itu Phising Penyebab dan Mengatasinya, https://socs.binus.ac.id/2018/11/29/pengenalanteknologi-informasi-mengenal-apa-itu-phising-penyebab-dan-mengatasinya/, diakses pada 7 September 2022 pukul 19.14

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun