Namun tidak seperti penggemar di masa sekarang, yang bisa sepuasnya dapat melihat foto dan video hingga berkomunikasi via media sosial pada idolanya, selain lewat majalah, acara televisi dan sinematografi, para penggemar hanya punya kesempatan komunikasi lewat kirim surat. Itupun dengan kemungkinan berbalas yang sangat kecil.Â
Melalui kegiatan berkirim surat itulah para penggemar menyampaikan keinginan atau rasa suka pada tokoh idolanya. Begitu pula yang saya lakukan ketika itu.Â
Berawal dari kegemaran berkirim surat kepada sahabat pena yang alamatnya didapat dari kolom-kolom sahabat pena di berbagai majalah dan surat kabar untuk menjalin pertemanan, pada masanya kegemaran itu merambah ke tokoh idola.Â
Beberapa nama artis atau tokoh idola yang pernah saya kirimi surat di antaranya ada Cut Keke, Dina Lorenza, Jovanka Mardova, Maudy Wilhelmina, Desy Ratnasari, Lisa A. Rianto, Camelia Malik, Lia Waroka, Inneke Koesherawati, Mega Mustika, Karina Suwandi, Evi Tamala, Shopia Latjuba, Tamara Blezinsky, Puput Novel, Djaduk Ferianto, Butet Kertarajasa dan beberapa lainnya.Â
Aktivitas berkirim surat dengan sahabat pena dan kepada artis atau tokoh idola tentu tidak terlepas dari kegiatan pembelian perangko berjenis definitif. Dari sinilah saya tahu bahwa pada zamannya, terdapat komunitas kolektor perangko atau biasa disebut komunitas filateli.Â
Jenis perangko lainnya adalah perangko non definitif yang terdiri dari perangko istimewa, peringatan, amal dan prisma.Â
Perangko jenis inilah yang sepertinya dikoleksi oleh para filatelis. Untuk memperingati perkembangan perangko nasional dari masa ke masa setiap tanggal 29 Maret ditetapkan sebagai hari filateli.Â
Tentang filateli, saya lebih mengenalnya ketika salah seorang teman di Sekolah Menengah Atas (SMA) menunjukkan koleksi perangko dan bercerita soal bagaimana ia mendapatkan koleksi perangko dari berbagai belahan dunia yang dimilikinya.Â
Sementara mengenai sahabat pena, dari sekian banyak sahabat pena yang saya punya dan pernah melakukan komunikasi melalui surat secara rutin, hanya satu orang sahabat pena yang pernah saya temui. Itu pun untuk pertemuan pertama dan terakhir kali lantaran saya kecewa dengan sebuah pengakuannya. Sejak itu pula saya berhenti berkirim surat pada sahabat pena.Â
Demikianlah sekilas komunikasi penggemar kepada idolanya, dan komunikasi seorang teman pada teman penanya di masa lalu, hanya melalui surat-menyurat.Â
Namun tanpa keberadaan perangko, interaksi sahabat pena dan aktivitas berkirim surat pada artis atau tokoh idola pada masa-masa itu tidak akan bisa berlangsung. Sebab perangko adalah denyut nadi kehidupan dalam korespondensi. Bagaimana dengan Jovanka Mardova?Â