Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Generasi Topping Merambah Desa: Sinyal Kemajuan atau Bahaya?

6 Maret 2024   17:03 Diperbarui: 14 Maret 2024   09:07 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wacana pemerintah yang akan mewajibkan kecepatan internet tetap (fixed broadband) paling lambat 100 Mbps, sebenarnya tidak secara signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan generasi topping. Tetapi internet cepat bisa menjadi salah satu faktor pendukung bertumbuhnya  generasi topping dari sisi infrastruktur.

Daya tarik di generasi topping sesungguhnya terdapat pada berbagai platform digital atau platform media sosial yang menawarkan monetisasi atau kemampuannya dalam menciptakan popularitas secara instan bagi generasi yang aktif di dalamnya. Oleh karena itulah, pertumbuhan generasi topping terus meningkat. 

Tetapi di luar kedua daya tarik itu, media internet yang menjadi tempat berpijak bagi generasi topping mempunyai satu daya tarik luar biasa yang bersifat magnet, yakni ilusi digital magnetis. Sebuah ilusi yang diciptakan atau tercipta dengan sendirinya di dalam interaksi yang terjadi di jagat internet, dan mampu membuat seluruh manusia di permukaan bumi tersedot ke dalamnya serta menjadi bagian di dalamnya. Tentang apa itu ilusi digital magnetis akan dibahas pada artikel lain.

Kembali pada pertumbuhan generasi topping, berdasar data yang dikutip dari statista.com per Januari 2023, Indonesia berada di urutan keempat sebagai negara dengan populasi digital terbesar di dunia setelah China, India, Amerika (United States). Dalam data tersebut tercatat, populasi digital negara China berada di angka 1,05 miliar, India di angka 692 juta, Amerika (Unites States) di angka 311.3 juta, dan Indonesia di angka 212.9 juta. 

Jika dibandingkan jumlah penduduk terbanyak di dunia berdasar data dari databoks.katadata.co.id di tahun yang sama, jumlah penduduk negara India berada di angka 1.43 miliar jiwa, jumlah penduduk negara China di angka 1.42 miliar jiwa, jumlah penduduk negara Amerika (United States) di angka 340.13 juta jiwa dan negara Indonesia di angka 277.7 juta jiwa. 

Dengan perbandingan data populasi digital terbesar dan jumlah penduduk terbanyak, didapat data sekira 48.5% untuk pengguna internet di negara India, 74% pengguna internet di negara China, 77% pengguna internet di negara Indonesia, dan 91.5% pengguna internet di negara Amerika (United States). Artinya, Indonesia ada di urutan kedua sebagai negara dengan jumlah pengguna internet tertinggi di dunia setelah negara Amerika (Unites States).

Sebagai pengguna internet kedua tertinggi di dunia, Indonesia berpotensi menjadi negara dengan generasi topping teraktif di dunia. Lalu sebagai generasi topping teraktif di dunia, dengan meluasnya jangkauan sarana dan prasarana yang mendukung penggunaan internet hingga ke pelosok desa, maka generasi topping mulai merambah ke desa-desa.

Pertanyaannya, ketika generasi topping mulai merambah desa apakah hal tersebut menjadi sinyal kemajuan sebuah desa atau malah justru menjadi sinyal bahaya?

Internet dengan segala inovasi teknologi dan daya dukungnya sering disebut sebagai pisau bermata dua. Selain bisa memberikan kemudahan terhadap berbagai aktivitas, jadi sumber informasi, bisa menciptakan popularitas dan menawarkan beragam keuntungan ekonomi, keberadaannya sekaligus dapat menjadi sumber bahaya. 

Beberapa tahun lalu sempat mengemuka tagar "Om Telolet Om", suatu fenomena ketika anak-anak maupun remaja baik di kota sampai ke pelosok-pelosok jalan desa turun ke tepi-tepi jalan untuk meminta supir bus membunyikan klakson bus yang sudah dimodifikasi menjadi sebuah irama. Fenomena tersebut masuk ke ruang internet ke berbagai platform digital dan flatform media sosial. 

Fenomena om telolet om ketika itu bahkan menjangkau dunia, masuk ke akun-akun figur publik seperti Donald Trump, Marshmello, Firebeatz, Dillon Francis, Cash Cash dan figur publik lainnya melalui konten, terutama kolom komentar.

Bila dilihat dari perspektif pisau bermata dua, aktivitas meminta bunyi klakson di tepi jalan merupakan hiburan sederhana bagi anak dan remaja adalah sisi baik fenomena om telolet om dari dua mata pisau. Salah satu sisi sebaliknya adalah bahaya akan kemungkinan kecelakaan lalu lintas yang bisa ditimbulkan.

Di lain kegiatan yang agak mirip dengan konten om telolet om, ada konten remaja menghadang atau menghentikan truk yang sedang melaju dan terjadi di sekitar Jabodetabek. Konten stop truk kabarnya bermula dari istilah "Angel of Death Challenge" semacam tantangan yang identik dengan istilah tantangan 'prank malaikat maut'. 

Akan tetapi konten semacam itu sepertinya hanya hendak membuktikan keberanian akan sebuah tantangan dengan harapan kontennya menjadi viral.

Namun faktanya, untuk konten satu ini mata pisau cenderung hanya bekerja di satu bilah, di sisi bahaya saja. Sebab sudah banyak korban jiwa berjatuhan sementara bilah sisi sebaliknya tidak menunjukkan hasil kebaikan apa pun.  

Konten om telolet om dan konten stop truk cuma sedikit dari konten-konten yang beredar di internet dan jauh dari kemanfaatan. Mengambil contoh dari dua konten tersebut tentu belum bisa mewakili sisi internet dengan kecenderungan bilah sisi negatif. Kedua konten itu juga belum secara keseluruhan mewakili bahwa generasi topping tersebut adalah bagian dari generasi topping yang merambah desa. 

Namun beraneka ragam bahaya yang bisa ditimbulkan oleh dampak negatif internet dari satu bilah sisi mata pisau, tidak bisa dipungkiri memiliki sifat dan daya hancur yang sama, baik di kota maupun di desa.

Oleh karenanya bila cara pandangnya tidak terfokus pada sisi negatifnya saja, generasi topping merambah desa tidak bisa dinilai sebagai sinyal bahaya. 

Sebagai makhluk hidup setiap manusia dituntut untuk mempunyai sikap optimis, memiliki semangat tinggi, daya juang pantang menyerah, motivasi tak henti atau spirit lainnya.

Buktinya, sudah banyak contoh desa-desa yang mengalami kemajuan atas bantuan teknologi internet. Ada Desa Blogger di Magelang, ada Desa Marketer di Purbalingga, ada Desa Wisata Air di Desa Ponggok Klaten, ada Desa Sejiram di Kalimantan Barat yang dikenal sebagai Desa Digital, ada Desa Majasari di Indramayu Jawa Barat yang ditetapkan menjadi Desa Broadband oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan tentunya masih banyak desa-desa lainnya.

Keberhasilan desa-desa yang menunjukkan bahwa desa-desa tersebut mengalami kemajuan karena keberadaan dan bantuan internet merupakan sinyal kuat bagi desa-desa lainnya untuk dapat meniru keberhasilan dari desa-desa tersebut.

Dari pengalaman keberhasilan dan kemajuan desa-desa itu, didapat informasi bahwa sinyal kemajuan desa dengan hadirnya internet adalah faktor sumber daya manusianya. Yaitu orang-orang yang memiliki kemauan dan/atau kemampuan mengelola desa dengan bantuan akses internet. Termasuk di dalamnya kebersediaan warga desa untuk ikut aktif di dalamnya sehingga warga desa menjadi bagian dari generasi topping yang merambah desa.

Maka dengan kenyataan yang demikian, desa-desa maju, mandiri atau kaya atas bantuan internet menunjukkan generasi topping yang merambah desa merupakan sinyal kuat untuk kemajuan desa, dan sekaligus membuktikan bahwa kelompok nasib kelas menengah (desa-desa miskin) mampu mengubah dirinya menjadi kelas menengah ke atas atau kaya. Bertolak belakang dengan narasi yang mengatakan bahwa kelas menengah susah kaya atau rentan miskin.             

***

Referensi   

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/28/10-negara-dengan-jumlah-penduduk-terbanyak-di-dunia-pertengahan-2023

https://www.statista.com/statistics/262966/number-of-internet-users-in-selected-countries/ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun