Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Baju Koko Tanpa Saku, Kok Bisa!

19 Maret 2024   04:46 Diperbarui: 19 Maret 2024   04:49 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi ternyata di persiapan puasa kali ini, sepertinya saya menemukan satu dugaan lain yang menjadi alasan baju koko didesain tanpa saku, yaitu hanya diperuntukkan pada momen lebaran sebagai fesyen lebaran. 

Sebab faktanya, tiga baju koko tanpa saku yang saya beli memang dibeli jelang lebaran. Dibeli karena tertarik dengan tawaran model couple keluarga, desainnya, bahannya dan warnanya. Terutama, ketiganya dipilihkan oleh istri saya untuk digunakan di hari raya. 

Artinya, ketidaksukaan saya akan baju koko tanpa saku memang bisa dikecualikan oleh kondisi tertentu. Tapi bagi saya, saku di baju koko tetap harus ada dan penting karena sejatinya baju koko adalah busana untuk beribadah bukan sekadar fesyen.  Apalagi sebatas lebaran. 

Baju koko yang pastinya digunakan untuk pakaian beribadah bagi kaum muslim, umumnya digunakan untuk ibadah solat, tahlilan, acara pengajian atau bolehlah sekali-kali untuk fesyen semisal pada acara lebaran atau kondangan pesta pernikahan bertema Islami.  Mengapa saku di baju koko penting? 

Untuk berbagai aktivitas ibadah seperti solat, tahlilan atau acara pengajian, sejumlah besar laki-laki muslim lebih sering memadankan baju koko dengan sarung. Sebuah sarung tentu saja tidak mempunya saku. 

Bayangkan betapa repotnya saya  ketika pada suatu acara tahlilan seusai ibadah solat harus membawa barang semisal tasbih, anak kunci , kaca mata baca lipat, telepon genggam, uang kontan untuk sedekah atau lainnya. Sementara untuk menggunakan tas di momen tersebut juga sesuatu yang dipandang tak tepat dan juga merepotkan. 

Sayangnya, kerepotan yang hanya bisa dijawab oleh baju koko bersaku, tidak saya dapatkan dari tiga baju koko yang saya punya di momen tiga kali puasa tiga kali lebaran. Selorohnya, ini berimbas pula pada momen kue lebaran yang tak bisa dibawa pulang karena baju koko tanpa saku. 

Terakhir kali saat saya ungkapkan keresahan ini, idenya adalah membuat saku sendiri melalui penjahit jalanan tapi belum terlaksana. Dengan adanya tantangan fesyen lebaran x Oktavia wijaya, bagaimana ya bagusnya mewujudkan ide membuat saku di baju koko tanpa saku? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun