Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Parenting dan Frugal Living, Seni Menata Rumah Tangga yang Berdampak Lingkungan dan Berkontribusi Memajukan Bangsa

6 Februari 2024   18:36 Diperbarui: 6 Februari 2024   18:42 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: THINKSTOCKS/lifestyle.kompas.com

Korelasi Parenting dan Frugal Living

Sekilas tak ada korelasi antara parenting dan frugal living, terutama bagi keluarga-keluarga yang belum memiliki anak.

Sampai akhirnya, ketika saya mengalami satu fase sebagai seorang ayah dari dua anak yang masih berusia balita, parenting dan frugal living ternyata bukan saja memiliki korelasi yang erat dan sangat dibutuhkan, tetapi merupakan pola dan konsep yang mempunyai keterlibatan emosional bahkan berdampak baik bagi internal keluarga maupun lingkungan dan berkontribusi nyata bagi kemajuan suatu bangsa.

Baca juga: Kukira Kau Stunting

Menata Tumbuh Kembang anak Melalui Parenting

Saat anak pertama kami lahir, barangkali seperti banyak keluarga lainnya yang baru pertama kali dianugerahi buah hati oleh Tuhan, bersyukur, menyiapkan segala kebutuhan bayi sesuai keperluannya, dan membiarkan tumbuh kembangnya mengalir begitu saja, kemudian selesai. 

Tetapi faktanya tidak sesederhana itu, kami hanya belum mengetahui apalagi mengerti cara mengasuh dengan pola yang baik dan benar. Karenanya, mau tidak mau kami memulainya melalui naluri melihat, mendengar, mengikuti dan tentu saja tanpa bekal ilmu parenting.

Ketidaktahuan dan ketidakmengertian lalu membuat apapun yang kami berikan untuk anak pertama, kami upayakan yang terbaik dalam konteks memberikan (berbelanja) semua kebutuhannya dengan mengutamakan merek dan kualitas yang memiliki harga di atas rata-rata tanpa memperhitungkan kemampuan finansial. Intinya, kami boros. Lebih besar pasak daripada tiang.

Selain belum beradaptasi dengan ilmu pola asuh anak, diawal kelahiran anak pertama, kami mengalami intervensi pola asuh lama atau konservatif dari salah satu keluarga terdekat yang coba mengambil alih peran yang seharusnya kami lakukan.

Maka alih-alih memberikan ASI eksklusif untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tumbuh kembang anak pertama kami di 6 bulan pertama kehidupannya, anak pertama kami tumbuh menjadi generasi sufor.

Suatu metode tumbuh kembang anak yang secara ilmu parenting tidak dianjurkan untuk bayi yang baru dilahirkan kecuali pada bayi yang mengalami kondisi tertentu. Padahal ketika itu, anak pertama kami tidak mengalami kondisi demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun