Tak ada lagi kakak pertama yang sesekali berkunjung untuk menengok. Tak ada lagi kakak kedua yang datang karena kerinduan.Â
Tak ada lagi hiruk pikuk kakak ketiga yang telah jauh berpindah tempat. Tak ada lagi kakak ke empat yang dikenal berjiwa sosial. Tak ada lagi kakak kelima yang kerap menemani.Â
Tak ada lagi kakak ke enam yang memiliki mental pemberani. Hanya sesekali ada kunjungan dari kakak ketujuh yang telah diboyong suaminya. Lalu kehadiran adik satu-satunya yang mulai jarang datang sebab kesibukan.Â
Hari-hariku tak akan pernah lagi sama ibu. Ceritaku kepadamu pun bagai asap yang membumbung ke awang-awang dan menghilang, tak akan pernah lagi sama.Â
Bagaimana bisa sama bila tiba giliranku bercerita, ibu tak bisa lagi merespon, tak bisa lagi berkata, tak bisa lagi kudekap, tak bisa lagi bercerita tentang hari-hari yang tak akan pernah lagi sama.Â
Sekarang aku hanya bisa bercerita di pusaramu, bercerita tentang hari yang tak akan pernah lagi sama. Kapan kita kembali bercerita tentang hari yang tak akan pernah lagi sama, ibu?
Selamat Hari Ibu. Beristirahatlah dengan tenang, damai dan indah di sana. Kelak kita bercerita tentang hari yang tak akan pernah berbeda. Semua tentang kasih sayang. Tentang cinta. Tentang surga yang tak habis-habis. Â Â
Cerpen Hari Ibu, 22 Desember 2023 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H