Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Gemoy, GErakan Masyarakat Ogah Yes

7 Desember 2023   18:40 Diperbarui: 7 Desember 2023   18:47 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Kompas.com/XENA OLIVIA/Nasional.kompas.com 

Kompetisi apapun dan dimanapun yang tidak melibatkan kekuatan atau kecerdasan fisik, yang bertarung adalah strategi. Sedangkan strategi terbaik yang digunakan untuk meraih kemenangan adalah dengan cara mem-branding diri atau kelompok melalui smart marketing. Tidak peduli apakah kemasan branding yang dibuat menabrak kebiasaan, adat, norma, moral, etika atau nilai lainnya, branding akan melesatkan diri atau kelompok ketika kemasannya bisa memenuhi keinginan publik. 

Joget gemoy, lalu santuy atau santai yang dinarasikan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ternyata memiliki kecenderungan mampu memenuhi keinginan publik suara yang kini didominasi oleh dua generasi muda dengan jumlah suara lebih dari 50% atas keseluruhan daftar pemilih tetap yang mencapai 204,8 juta jiwa. 

Berdasarkan jumlah daftar pemilih tetap, dua generasi muda yang terdiri dari generasi milenial dan generasi Z tentunya menjadi target konstituen paling potensial bagi 3 (tiga) paslon capres-cawapres. Sementara bagi paslon nomor urut 2 yang salah satu kandidatnya mewakili generasi muda, data tersebut seolah menjadi keuntungan tersendiri jika tidak layak disebut berkah. 

Terlebih saat mereka menemukan dengan atau tanpa sengaja strategi kampanye asyik dan menyenangkan melalui branding kemasan yang cocok atau tepat bagi kaum muda, yaitu joget gemoy dan narasi santuy, sepertinya cara mereka membidik suara muda tak bisa tertandingi. Apalagi jika mereka menangkap potensi lainnya yang juga akan mendominasi kaum muda, yakni momentum Hari Valentine.

Namun bagi para konstituen muda, yang perlu diperhatikan apabila momentum tersebut dimanfaatkan sebagai pesan untuk saling memberikan kasih sayang antar sesama manusia, sikap peduli dan empati tanpa mengambil keuntungan sehingga pesan itu menciptakan kedamaian dan melahirkan bagian green campaign sebagai sisi positifnya, maka hal ini justru harus dilakukan. 

Sementara jika momentum hari kasih sayang dimanfaatkan untuk menebar janji-janji yang tak logis, tak mungkin dipenuhi, cenderung bakal diingkari atau sekadar janji-janji angin surga yang pasti tidak akan ditepati maka mewaspadai atau menghindari apa yang selanjutnya disebut pink campaign adalah jalan terbaik. 

Oleh karenanya, untuk kampanye-kampanye yang isinya saling menyerang, mengadu domba, memprovokasi, memecah pelah membuat seteru, menebar janji-janji manis yang mustahil terealisasi, saling tuduh dan menjatuhkan atau kampanye negatif lainnya, masyarkat pemilih atau konstituen juga harus melakukan aksi "GEMOY" yakni GErakan Masyarakat Ogah Yes alias gerakan untuk berkata tidak tehadap black campaign atau smear campaign maupun pink campaign. 

Akhir kata, budayakanlah green campaign! Jas Biru! JAngan Sekali-kali BIkin seteRU!

             

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun