Suatu hari, Â dalam sebuah pertandingan kompetisi sepak bola kampung yang membosankan, para penonton tampak menunjukkan ekspresi kecewa. Â
Pertandingan itu tidak seru, tidak menarik, defensif, apalagi hingga menjelang 45 menit babak pertama berakhir, tidak ada gol tercipta. Padahal informasinya, kedua tim yang bertanding termasuk tim yang dijagokan dan diprediksi sebagai kandidat juara.Â
Saking membosankannya pertandingan itu, presenter yang bertugas mempresentasikan jalannya pertandingan sampai terpengaruh dan berkata, "Para penonton yang budiman ayo bangkitkan semangat timnya! Jangan sampai di babak kedua nanti akan terjadi pergantian penonton karena kalian sebagai suporter tak mampu memotivasi pemain!" Â
Reaksi yang ditunjukkan oleh presenter untuk pertandingan yang membosankan itu tidak biasa. Orang muda bilang reaksi tersebut adalah candaan 'garing'. Apa iya segaring itu?
Terlepas dari candaan garing, sepertinya ada latar belakang di balik perkataan sang presenter tentang dunia sepak bola yang coba diungkapkan melalui otoritas profesinya dalam pertandingan itu. Sebuah latar belakang yang berasal dari rasa kecewa atas perkembangan dunia sepakbola di tanah air.
Suatu reaksi yang sebenarnya merupakan paradoks dalam diri sang presenter untuk mengungkapkan pesimisme pada pertandingan yang membosankan tadi. Lebih jauh, dengan mengatakan akan terjadi pergantian penonton dan berdasarkan pengalamannya, sang presenter hendak menunjukkan bahwa tak ada yang bisa diharapkan dari para pemain di pertandingan itu.
Kata pergantian penonton dapat menjadi representasi ke banyak aspek kehidupan, betapa kita sudah terlalu bosan menyaksikan banyak pergantian, perubahan, pertukaran, ralat atau dengan bahasa yang lebih elegan semacam reshuflle, revisi, update atau apa pun itu yang sesunguhnya tidak atau belum seharusnya dilakukan.Â
Dalam konteks sepak bola, pada tim sepak bola profesional atau nasional di suatu pertandingan, seringkali diadakan pergantian pemain tapi hasilnya senantiasa sama, kalah. Pada setiap kejuaraan, kerap terjadi pergantian pelatih, formasi tim, strategi atau lainnya tetapi hasilnya tidak berbeda, jarang menang.Â
Gambaran tersebut juga banyak terjadi di berbagai bidang, seseorang atau sekelompok orang bisa begitu saja digantikan dalam waktu cepat sebelum masa kerjanya berakhir sehingga tidak dapat membuktikan kemampuannya. Lalu sebuah sistem atau program bisa digantikan dalam waktu singkat sebelum tahu di mana letak kekeliruan atau kesalahannya, bahkan sebelum tahu hasil dari kinerja sistem atau program tersebut.Â
Begitu pula yang sepertinya terjadi pada Undang-Undang yang digunakan di negara kita, termasuk Undang-Undang tentang MK. Sebentar-bentar revisi, sebentar-bentar di uji materi, sebentar-bentar digugat, sebentar-bentar dinilai kehilangan marwah harus diubah atau lainnya. Jika segala sesuatu terutama Undang-Undang dijalankan sebentar-bentar bagaimana cara mengetahui integritas dan hasilnya?