Belajar dari keberhasilan Desa Ponggok yang tak merindukan bulan untuk bisa mewujudkan roda perekonomian bagi kesejahteraan warga desanya, dengan potensi yang bisa terbilang minimal jika dibandingkan dengan potensi sumber daya kelautan yang dimiliki bangsa Indonesia, seharusnya optimalisasi ekonomi kelautan jauh lebih mudah untuk bisa dieksplorasi.
Sekira 62%-70% luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan dengan kekayaan sumber daya laut yang luar biasa. Keindahan kepulauan dan pesisir pantai di Indonesia juga tidak kalah menarik. Bila dua hal itu ditelisik lebih dalam, maka akan menunjukkan berbagai aset kebiruan laut Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dapat di eksplorasi. Apa saja aset berpotensi kebiruan laut Indonesia yang dapat dieksplorasi?
Potensi kebiruan laut Indonesia yang dapat dieksplorasi terdiri dari potensi energi baru dan terbarukan (EBT), garis pantai, hutan bakau (mangrove), perikanan, terumbu karang, dan ribuan pulau-pulau.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengidentifikasi dan memetakan potensi energi laut sebagai energi energi baru dan terbarukan (EBT) yang bisa dimanfaatkan yaitu gelombang laut, arus laut dan panas laut.
Indonesia memiliki 31 ribu km2-81 ribu km2 garis pantai dari luas perairan 5,8 juta km2 - 6,32 juta km2, dengan jumlah kepulauan diperkiraan hingga 17.000 ribuan pulau. Dan berdasar data UNESCO, hutan bakau (mangrove) yang dimiliki seluas 3.617.000 hektar dengan terumbu karang terluas di dunia. Luas terumbu karang mencapai 284.3 ribu km2 setara 18% terumbu karang yang ada di dunia.
Di bidang perikanan, Indonesia temasuk lima besar penghasil ikan laut di dunia dengan beragam jenis ikan. Indonesia juga menjadi eksportir nomor satu dunia untuk jenis ikan tuna, cakalang dan tongkol.
Semua aset  potensi kebiruan laut yang sedemikian melimpah tersebut perlu dieksplorasi oleh tangan-tangan terampil (SDM) melalui ide atau gagasan brilian. Konsepnya bisa diadopsi dari Desa Ponggok yang mampu mengubah dari awalnya hanya sebuah desa miskin menjadi desa kaya dengan keterserapan tenaga kerja yang berasal dari warga sendiri.
Melalui sumber daya manusia (SDM) yang dapat diandalkan, dengan segala aset potensi yang ada, desa-desa di pesisir pantai semestinyanya bisa dijadikan desa-desa mandiri dan kaya seperti Desa Ponggok yang tak merindukan bulan. Â Â
Wisata bahari bisa dibangun di tiap desa pesisir pantai dalam berbagai jenis seperti wisata bisnis, wisata pantai, wisata budaya, wisata alam, wisata olahraga, wisata flora dan fauna atau lainnya. Pelabuhan-pelabuhan transit dan transportasi air sebagai pendukung untuk konektivitas dari satu desa ke desa lainnya, dari satu pulau ke pulau lainnya juga perlu dibangun.
Kemudian energi baru dan terbarukan (EBT) bisa dijadikan sebagai sumber energi untuk menunjang semua keberlangsungan aktivitas sosial dan perekonomian secara berkelanjutan nantinya. Termasuk di dalamnya mengeksplorasi perikanan bisa lewat pencanangan satu rumah satu tambak atau program perikanan lainnya dengan tetap berpatokan pada prinsip menjaga ekosistem laut.
Jika ide dan gagasan brilian membangun tiap desa pesisir dapat diwujudkan menjadi desa-desa mandiri seperti Desa Ponggok, maka bisa dipastikan bahwa pendapatan desa di tiap desa pesisir akan mengalami peningkatan dan mampu mengentaskan kemiskinan juga menyerap tenaga kerja dari warga lokal atau sekitar.