Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Simpatai", Simpulan Cepat Berantai Tanpa Kemampuan Berpikir yang Bisa Menyesatkan

13 November 2023   18:35 Diperbarui: 14 November 2023   09:00 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi Hoax: Sumeber gambar Shutterstock/nasional.kompas.com

Kemudian fakta selanjutnya setelah kejadian, pedagang bubur kacang hijau dan ketan hitam ternyata memutuskan pulang kampung, menjalankan proses pengobatan sekaligus beristirahat untuk waktu yang cukup lama di kampungnya.

Fakta lainnya, selama proses penyembuhan dan istirahat di kampung, pedagang bubur kacang hijau ketan hitam pernah sempat digantikan berjualan oleh kerabatnya (adiknya). 

Kesemua fakta yang ada merupakan kondisi logis dan menjadi bagian dari kronologis yang bisa disimpulkan secara cepat melalui konsekuensi logis atas akibat yang mungkin dialami oleh pedagang bubur kacang hijau ketan hitam.

Simpulan cepat yang diambil berdasar fakta atau kondisi logis yang terdiri dari; terlihat sakit tak tertahankan oleh saksi, pulang membawa barang dagangan, tak terlihat lagi untuk waktu yang lama, dan pernah digantikan oleh kerabat, dengan kemungkinan konsekuensi logis; sembuh dan selamat, tidak berjualan dan tak kembali lagi ke Jakarta atau sakitnya makin parah, tak mampu bertahan, meninggal.

Di bawah pengaruh fakta atau kondisi logis yang masih menjadi pertanyaan, yaitu, untuk waktu yang lama dan pernah sempat digantikan berjualan oleh kerabat, dengan keberadaan konsekuensi logis sembuh dan selamat, tidak berjualan dan tak kembali lagi ke Jakarta---yang diprediksi orang-orang tidak mungkin dilakukan oleh penjual bubur kacang hijau ketan hitam bila mengingat rekam jejaknya berjualan, akhirnya muncul sebuah prediksi atau cuplikan logis cepat yang diungkapkan, 'Pedagang bubur kacang hijau ketan hitam meninggal dunia'  

Sampai di titik itu, tanpa informasi yang sebenarnya atau tanpa bukti yang jelas, kabar duka hasil simpulan cepat  yang didasari oleh konsekuensi logis, yang bisa begitu saja diprediksi atau dicuplik tanpa kemampuan berpikir karena dianggap masuk akal atau tampak logis---yang umumnya memiliki kecenderungan kuat mendapatkan respon kolektif atau reaksi serentak secara berantai sehingga memperoleh perhatian atau minat (atensi) publik, dan sejauh belum menimbulkan gelombang penolakan intuitif, untuk beberapa waktu, dipercaya serta tersebar sebagai berita yang benar.   

Konsekuensi logis adalah akibat yang timbul dari suatu perbuatan, perilaku, pendirian atau lainnya sebagai suatu fakta kondisi, yang keberadaannya merupakan hal masuk akal atas sesuatu yang sudah diketahui atau disepakati dan berkesesuaian seperti selayaknya hukum sebab akibat.

Bila diterjemahkan secara sederhana, contoh konsekuensi logis yang paling sering dialami oleh setiap orang adalah ketika kondisi biologis tubuh seseorang terutama bagian organ perut mengalami fakta kondisi lapar, maka konsekuensi logisnya adalah makan.

Tetapi sebelum sampai pada tindakan makan, seseorang yang mengalami kondisi lapar dapat membuat prediksi atau cuplikan logis seperti "Makan sepiring nasi padang lauk rendang di ujung jalan sana pasti dapat menghilangkan rasa laparku"

Prediksi atau cuplikan logis atas konsekuensi logis pada contoh lapar begitu mudah disimpulkan cepat dan ia tidak memerlukan kemampuan berpikir rumit seumpama kisah patung kouros yang membutuhkan waktu empat belas bulan melalui serangkaian proses pemeriksaan dan analisa tim pakar Museum Getty untuk menentukan keaslian patung, yang ternyata mampu dijawab oleh kemampuan yang disebut blink hanya dalam dua detik pertama, seperti dikutip dari buku berjudul 'Blink Kemampuan Berpikir Tanpa Berpikir' karya Malcolm Gladwell.  

Sementara berbeda dari blink, prediksi atau cuplikan logis atas fakta atau kondisi logis terhadap  konsekuensi logisnya, bersumber dari naluri dengan sedikit sentuhan nalar, yang juga disimpulkan cepat tanpa kemampuan berpikir bahkan tanpa intuisi apapun, sehingga tentu saja memiliki kecenderungan memunculkan informasi yang bisa menyesatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun