Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menguak Tabir Warisan Tak Benda

6 November 2023   18:27 Diperbarui: 7 November 2023   09:53 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warisan tak benda. Sumber gambar dari RC/KOMPAS/NASIONAL.KOMPAS.COM

UNESO menyebutkan bahwa warisan budaya tak benda merupakan berbagai praktik representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan---serta instrumen, objek, artefak dan ruang budaya yang terkait dengannya.

Setelah mengetahui ragam warisan budaya tak benda lalu merujuk dan mengkorelasikannya ke dalam konteks warisan, warisan tak benda berarti segala hal di luar konteks harta benda atau aset yang bisa diuangkan. Apa saja?

Berbagai koneksi atas nama orang tua termasuk istilah nepotisme, genetika, golongan darah, penyakit, kecerdasan, perilaku identik, bakat keterampilan, profesi, kedudukan, jabatan, agama dan rangkaian unsur yang memudahkan dan mengaitkan seorang anak mengikuti jejak orang tuanya bisa terkategori dalam warisan tak benda.

Tetapi percayalah bahwa semua bentuk warisan, baik yang berwujud maupun warisan tak berwujud (tak benda), sependek kata 'seandainya' diungkapkan pada maksud dan dalam konteks ke masa depan, selama kita punya tenaga, pikiran, terutama nyawa dan kemauan, masih dapat diubah serta dibela mati-matian atas apa yang sudah bisa kita putuskan sendiri.

Bahkan kita berhak mencegah tentang segala hal warisan berwujud maupun warisan tak benda yang hendak diwariskan oleh orang-orang kepada anak keturunannya dengan cara-cara yang batil atau tidak bertanggung jawab. Dan apa yang kita yakini benar berdasar norma atau nilai-nilai kebaikan tidak memerlukan belas kasihan.

Kebenaran yang kita yakini bukan warisan, meskipun salah satu sumber kedatangannya bisa saja berasal dari sana. Sementara kekeliruan tentang kebenaran yang kita yakini bukanlah doktrinisasi, melainkan bentuk kebodohan.

Maka bayangkan jika kita hanya diam pada cara-cara batil atau cara-cara tidak bertanggung jawab yang dilakukan orang-orang yang berupaya mewariskan warisan tak benda pada anak keturunannya.

Bayangkan jika masing-masing orang tak berani dengan lantang mengatakan bahwa kebenaran harus ditegakkan hanya karena berharap adanya titik temu yang memang nyata-nyata tidak bisa dipertemukan.

Mengklaim kebenaran bukanlah karakteristik yang timbul karena kebencian, dia berangkat dari adanya ketidakadilan, kesewenangan, kezaliman, angkara murka, adu domba, fitnah dan banyak penyebab buruk lainnya.

Siapa bilang iman tak butuh pembuktian? Segala sesuatu yang tak butuh pembuktian adalah ketika ia tak ada, nihil, kosong. Iman bukan sesuatu yang didefinisi sebagai kosongan. Ia isi hanya tak perlu mengumbar, sesumbar atau diumbar. Apa salahnya melabeli orang masuk surga atau neraka sebagai dakwah di kalangan sendiri dan merupakan bagian dari memotivasi kebaikan dengan konsekuensi berupa janji ganjaran yang baik pula.

Latar belakang dari semua perselisihan di muka bumi ini sesungguhnya cenderung karena warisan diwariskan dengan cara-cara yang batil, tidak bertanggungjawab, keliru, manipulasi, serakah, korupsi, kolusi, nepotisme, atau dengan cara-cara yang melawan norma dan nilai kebaikan lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun