Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Membidik Konstituen Generasi Z di Hari Valentine, Hati-hati "Pink Campaign"!

31 Oktober 2023   17:05 Diperbarui: 10 November 2023   09:33 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Penetapan Pemilu 2024 yang dilaksanakan pada 14 Februari 2024. (Foto: KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM))

Untuk menarik perhatian, minat dan terutama target suara dari generasi Z, ditambah generasi milenial atau generasi Y yang masih terbilang muda di rentang usia 28-35 tahun, keduanya memiliki jumlah persentase suara hingga mencapai 50% lebih.   

Suatu potensi jumlah suara yang sangat tidak bisa diabaikan oleh para caleg dan capres cawapres. 

Karenanya menjadi penting memanfaatkan momentum Hari Valentine dengan strategi yang tepat bagi tim sukses atau tim pemenangan jika potensi suara pemilih muda tidak mau dicolong oleh tim sukses atau pemenangan lain. Lantas apa strategi yang tepat untuk mengambil alih suara kaum muda di Hari Valentine?

Ilustari Pink Campaign; diolah dari gambar SUPRIYANTO/KOMPAS.ID
Ilustari Pink Campaign; diolah dari gambar SUPRIYANTO/KOMPAS.ID

Strategi apapun asal tidak menimbulkan dampak negatif dan tidak memengaruhi stabilitas politik terutama generasi muda, serta tidak mengandung unsur manipulatif, sah-sah saja momentum Hari Valentine dimanfaatkan sebagai panggung atau tema kampanye politik, misalnya.

Namun penting untuk menjadi perhatian terutama bagi para konstituen adalah jangan sampai momen Valentine digunakan untuk memengaruhi mereka dengan cara melakukan "pink campaign". Apa itu "pink campaign?

Jika selama ini kita mengenal black campaign atau kampanye gelap, yaitu model kampanye dengan cara membuat suatu isu atau gosip yang ditujukan kepada pihak lawan, tanpa didukung fakta atau bukti yang jelas (fitnah). "Pink campaign" secara sederhana adalah kampanye dengan cara mengumbar janji-janji surga.

Merujuk makna Valentine sebagai hari kasih sayang, yang identik dengan hubungan asmara seorang laki-laki dan perempuan muda yang tengah dimabuk cinta, dan dalam kondisi tersebut sangat mudah diperdaya oleh janji-janji surga.

Terlebih ketika janji-janji surganya diumbar di momen Valentine dengan taburan bunga, coklat, hadiah atau kejutan-kejutan bernuansa merah jambu, dan kasih sayang yang disalah arti dengan menyerahkan kesucian (virginitas/ keperjakaan) sehingga bujuk rayu berhasil sempurna.

Tapi ironisnya, janji-janji surga berlandaskan asmara, cinta atau kasih sayang yang diumbar itu tidak hitam di atas putih. Maka saat terjadi kebobolan sampai kedatangan bulan yang terlambat, jangankan memenuhi janji-janji surga atau bersedia bertanggung jawab, dihubungi saja sudah sulit.

Demikianlah gambaran tentang asal-usul pink campaign jelang pemilu 2024 yang dilaksanakan tepat di hari bernuansa warna pink atau merah jambu, hari kasih sayang yang dikenal dengan Hari Valentine--diibaratkan sebagai seorang dari pasangan kekasih yang berhasil mereguk kesucian (virginitas/keperjakaan) lewat janji-janji surga namun pada akhirnya, pasangannya ditinggalkan begitu saja.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun