Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Jangan Sekali-kali Bikin Seteru! Jas Biru

26 Oktober 2023   12:08 Diperbarui: 26 Oktober 2023   12:22 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saudara-saudara,

Selain diminta untuk Jas Merah, pilpres 2024 nanti juga diminta untuk 'Jas Biru' atau jangan sekali-kali bikin seteru. Sehingga pemilu akan dapat dipastikan  terlaksana dalam damai, aman dan nyaman tanpa permusuhan atau perseteruan. Apakah bisa? Apakah mudah?

Belajar dari pemilu pilpres sebelumnya, yang perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya perseteruan atau permusuhan di pilpres 2024 adalah memutus sumber dan mata rantai akar penyebabnya.

Bahkan sebelum sempat sumber dan mata rantai akar penyebab perseteruan atau permusuhan itu muncul ke permukaan untuk memengaruhi semua orang. Bangsa ini perlu melakukan pemutusan akar penyebab dengan cara bijak, cerdas dan bernas.  

Saudara-saudara,

Masa tebak capres cawapres 2024 telah habis, melihat perkembangan arus politik yang kini diarahkan agar didominasi oleh generasi muda, maka sudah sepatutnya bangsa mewaspadai adanya potensi perseteruan yang bisa ditimbulkan oleh gejolak muda dengan melakukan antisipasi sejak dini.

Dominasi kaum muda dalam kancah politik, seolah ditandai dengan Gibran maju cawapres sebagai pita peresmian yang digunting untuk membuka gerbang (peran) kaum muda, sehingga suara politik pun mulai membidik dan mengincar pemilih muda.

Kelanjutannya, untuk mengantisipasi jiwa muda yang mudah bergejolak, demokrasi politik beradab berpesan 'jangan sekali-kali bikin seteru' dengan menarasikan syarat usia capres cawapres yang lolos dalam bahasa hukum lain sebagai Mahkamah Keluarga atau dinasti. Cukup!

Cukup sudah bangsa ini pernah mengalami satu masa dekadensi politik moral ketika mudah dipecah belah oleh provokasi-provokasi bernuansa intoleransi, salah satunya dengan narasi-narasi yang dibangun melalui label cebong dan kampret, kadrun dan buzzerRp. Cukup!

Saudara-saudara,

Jangan karena tokoh idola yang dijagokan, tokoh yang diharapkan oleh partai bisa lolos dalam bursa pencalonan capres cawapres ternyata tergantikan lantas menimbulkan kecewa, sakit hati, dendam dan kemudian membentuk kubu-kubu pemecah dan mulai menciptakan kantong-kantong kebencian dengan membangun narasi-narasi yang dapat menimbulkan kontroversi dan provokasi. Cukup!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun