Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ulat Sagu, Sisi Ketahanan Pangan Lokal Tinggi Protein yang Hebohkan Jagat Maya

17 Oktober 2023   17:46 Diperbarui: 17 Oktober 2023   17:50 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah konten video yang menampilkan seorang siswa sekolah dasar (SD) membawa bekal nasi putih dengan lauk ulat sagu goreng viral di jagat maya. 

Setelah dikomentari guru dan menimbulkan respon tak nyaman bagi teman-teman sekelasnya seusai memperlihatkan kotak bekal makanannya, siswa tersebut memasukkan bekalnya ke laci meja. Itulah sekilas adegan dalam konten video yang selanjutnya viral dan banyak menimbulkan pertanyaan, apakah ulat sagu boleh dikonsumsi? 

Ulat sagu banyak ditemukan di pohon sagu yang tumbang dan mengalami pembusukan. Pohon sagu sendiri merupakan salah satu bahan pangan lokal masyarakat, terutama bagi masyarakat di Tanah Papua dan Maluku. 

Menurut Charles Toto, Chef dan Aktivis Papua di Webinar Sagu Sejuta Manfaat yang diselenggarakan oleh Teras Mitra bersama EcoNusa, Sabtu, 20 Agustus 2022, "Sagu adalah identitas kami". Pohon sagu memiliki empat manfaat penting dalam kehidupan, yakni sebagai sumber pangan, sandang, papan dan ekosistem.

Sebagai bahan pangan, sagu merupakan sumber karbohidrat yang rendah gula dan lemak sehingga memiliki nilai lebih dibanding nasi, terlebih bagi orang-orang yang berupaya menghindari atau mengidap diabetes. 

Untuk kebutuhan sandang, daun sagu biasa digunakan dalam upacara-upacara adat seperti pesta ulat sagu. Sebagai papan, daun sagu jadi atap rumah, pelepahnya jadi dinding, dan kulitnya bisa dijadikan lantai. 

Selain itu, sagu merupakan bahan pangan lokal yang mempunyai nilai tradisi ketika diolah menjadi menu seperti olahan papeda yang kerap dibuat dan dihidangkan dalam upacara-upacara adat. Secara keseluruhan, pohon sagu yang bisa menjadi pakaian, hunian dan makanan memiliki nilai tradisi dan budaya lokal yang patut dijaga kelestariannya.

Pohon sagu yang menghasilkan sagu adalah bagian dari ketahanan pangan lokal yang bisa menjadi alternatif makanan pokok selain padi dengan berasnya. Pohon sagu juga menghasilkan sisi ketahanan pangan lainnya berupa ulat sagu yang kini tengah diperbincangkan lantaran dianggap tidak biasa ketika ulat sagu jadi bekal makanan seorang siswa sekolah dasar (SD).

Padahal ulat sagu selain bisa dimakan, ternyata memiliki kandungan gizi yang tinggi, mempunyai manfaat bagi kesehatan, dan berpotensi sebagai pangan alternatif di masa depan. Berdasarkan data dari Data Komposisi Pangan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, 100 gram ulat sagu mentah dapat mengandung nutrisi: 

  • Air: 65,9 gram. 
  • Energi: 241 Kal. 
  • Protein: 5,8 gram. 
  • Lemak: 21,6 gram. 
  • Karbohidrat: 5,8 gram. 
  • Serat: 2,8 gram. 
  • Abu: 0,9 gram.
  • Kalsium: 20 miligram. 
  • Fosfor: 70 miligram. 
  • Besi: 0,5 miligram. 
  • Natrium: 210 miligram. 
  • Kalium: 210,0 miligram. 
  • Tembaga: 1,00 miligram. 
  • Zinc: 7,7 miligram. 
  • Thiamin (Vit. B1): 0,17 miligram. 
  • Riboflavin (Vit. B2): 1,45 miligram.
  • Niasin: 0,1 miligram.

Sementara dikutip dari merdeka.com, manfaat ulat sagu bagi kesehatan terdiri dari peningkatan pencernaan yang optimal, memperkuat tulang dan gigi, potensi melawan infeksi akibat mikroba, menurunkan kadar kolesterol dan membangun otot. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun