Hati-hati pada Bung Tio! Apalagi jika sampai mengajak Gelut di 2024. Siapa Bung Tio? Mengapa harus hati-hati padanya? Sebelum saya utarakan maksud penyebutan tiga kata ini, saya coba ketikkan 'Bung Tio' pada teknologi pencarian Google.
Pada saat penulisan ini, saya temukan sebuah akun instagram, presenter olahraga Tio Nugroho, artis ternama Tio Pakusadewo, dan kasus sumbangan yang sempat melambungkan nama Akidi Tio. Tetapi tulisan ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan nama-nama yang muncul di teknologi pencarian Google itu. Â Saya hanya hendak memastikan bahwa belum ada makna Bung Tio untuk maksud penulisan ini.
Pertama istilah 'Bung Tio' adalah istilah yang akan saya sampaikan untuk merepresentasikan perilaku manusia yang mendekati, memiliki kesamaan atau identik dengan perilaku tiga hewan. Ketiga hewan itu adalah Bunglon, Tikus dan Beo atau disingkat Bung Tio.
Istilah Bung Tio dihadirkan sebagai reaksi atas kemunculan orang-orang yang tidak teguh pendiriannya (memihak kesana loncat ke sini asal menguntungkan dirinya) yang merepresentasikan perilaku bunglon. Kemudian memiliki kecenderungan merugikan orang lain (merusak), tamak, ambisius dan licik yang mewakili hewan tikus. Lalu suka membeo (meniru atau merespon) apapun perkataan (konteks atau konten) orang lain dan seringkali berkicau untuk membuat provokasi, kontroversi atau sensasi sebagai representasi perilaku burung beo---di berbagai flatform digital dan platform media sosial.
Perilaku Bung Tio bisa saja sudah melekat sebelum sosoknya memasuki ranah jejaring digital atau media sosial dan kelak masuk bursa pencalonan legisltif. Sehingga aktivitas dan interaksi yang dilakukan olehnya di jagat maya kerap menarik segala sesuatu yang berasal dari dunia real.
Salah satu kemampuan adaptasi tingkah laku suatu organisme untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya disebut sebagai mimikri. Di antara spesies hewan yang paling dikenal mampu bermimikri, yakni tindakan atau keterampilan menyalin suara, gerakan, menyerupai lingkungan adalah bunglon dan burung beo.
Mimikri berasal dari Bahasa Yunani, yakni mimetikos, atau dalam Bahasa Inggris mimic yang berarti 'meniru'.  Tetapi peniruan yang dimaksud sebagai kemampuan mimikri bukan sekadar menyamakan sesuatu tanpa  melalui proses. Walaupun begitu, kemampuan mimikri bunglon dan beo bisa dipraktekkan manusia lewat perilaku yang seanalog dengannya.
Perilaku bunglon dan beo yang direpresentasikan oleh manusia banyak terjadi di dunia real dan jagat maya. Seperti sudah dipaparkan, perilaku bunglon oleh manusia adalah mereka yang tidak memiliki pendirian teguh atau inkonsisten, memihak ke sana loncat ke sini asal memberi keuntungan bagi dirinya, suka menirukan atau merespon konteks atau konten orang lain sampai seringkali membuat kegaduhan. Di titik ini, perilaku yang direpresentasi baru membentuk istilah 'Bung O'. Sebab setiap perilaku yang direpresentasi tiap individu tentu tidak melulu gabungan dari ketiga perilaku hewan yang dimaksud. Bisa hanya membentuk istilah 'Bung T, Tio, Bung, T atau O' Â saja.
Hewan yang selanjutnya merepresentasikan perilaku manusia dalam membentuk istilah 'Bung Tio' adalah tikus. Tapi untuk hewan yang satu ini bukan sekadar merepresentasi melainkan juga mengonotasi. Tikus seringkali memberi gambaran bagi manusia yang memiliki sifat tamak, rakus, licik dan merusak orang lain sehingga menjadi simbol korupsi atau koruptor. Â Kembali ke pertanyaan, mengapa harus hati-hati dengan Bung Tio Gelut di 2024?
2024 adalah tahun pelaksanaan pemilu. Istilah gelut merujuk pada pertempuran atau kompetisi atas perebutan kursi kekuasaan untuk menempati posisi kepemimpinan tertinggi Presiden dan Wakil Presiden, juga kursi anggota legislatif DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.