Kompasiana Awards 2023 semua mata kompasianer tertuju padamu. Selain sebagai pesan untuk ikut berpartisipasi mengajukan nominasi, gelaran Kompasiana Awards 2023 juga menjadi salah satu topik pilihan yang berbarengan dengan topik pilihan Pilih Caleg dan Wapres Perempuan. Â
Tiga topik pilihan yang ditawarkan kompasiana barangkali tidak memiliki kaitan antara satu dan lainnya, tapi ketiganya terikat pada kata 'pilih, pilihan, memilih, dipilih, terpilih'. Â Siapa kompasianer pilihanmu pada masing-masing kategori? Berdasarkan kategori apa kamu pilih caleg? Apa sulitnya memilih wapres perempuan?Â
Hidup itu tak lepas dari berbagai pilihan makanya saya tak setuju pada mimpi Maudy Ayunda yang berkeinginan menghapus soal pilihan hidup. Upps, 'soal pilihan ganda' maksudnya. Tapi toh kalau sekadar dihapus mengapa harus tak setuju, tinggal tulis saja lagi! Gitu aja kok repot!
Bagi kompasianer memilih kompasiana sebagai media tulis ketimbang menulis di media lainnya, tentu punya alasan masing-masing. Memilih untuk tetap tinggal dan terus menulis di kompasiana atau bermigrasi ke media lain juga hak masing-masing. Jikapun seorang kompasianer berpaling atau berhenti menulis karena alasan penghasilan atau uang, iya masuk akal. Sebab dapur tetap ngebul bukan lantaran judul.Â
Saya pernah baca sebuah artikel yang merujuk pada setahun penghasilan seorang kompasianer berada diangka Rp. 137.553. Cukup apa coba? Setahun loh bro! Tapi angka segitu masih mending. Alhamdulillah. Dibanding saya yang masih rekor di angka Rp.0.Â
Padahal saat pertama kali nulis pedenya nggak ketulungan. Pasang impiannya tinggi-tinggi sekali seperti naik-naik ke puncak gunung. Nggak tanggung-tanggung impiannya bisa kebeli rumah untuk istri dan anak dari menulis. Sungguh pede yang luar biasa karena hasil kerja dua puluh tahun lebih saja hasilnya nggak berbentuk apa-apa.  Malah sekarang impiannya ngelebihin mimpinya neng Maudy Ayunda, Hadiah Nobel. "Apaaa?" (a nya tiga biar kagetnya terasa ya)
Tapi nggak gitu juga sih, hanya sebatas usul agar kompasiana awards punya kategori lain. Kategori yang dimunculkan berdasarkan dampak positif dan kebermanfaatan atas hasil tulisannya, bukan kategori berdasar karakter tulisan atau penulisnya. Satu kategori yang bisa menyatukan anak bangsa dari Sabang hingga Merauke. Kategori Kompasiana Perdamaian Nasional.Â
Kalau dilihat dari seluruh media digital dan media sosial kategori awards setara itu dapat diberikan kepada karakter 'Pemersatu Bangsa'. Siapa? Pastinya bukan 'Tante Ernie si Pemersatu Bangsa" meskipun ketika frasa 'Pemersatu Bangsa' diketikkan pada search engine Google nama Tante Ernie berada di urutan kedua.  Â
Baik. Ini serius. Kategori Kompasiana Perdamaian Nasional awards akan merujuk pada tokoh yang bukan sekadar menulis dengan tulisan spesifik terkait isu persatuan dan kesatuan bangsa menuju perdamaian, melainkan yang terkorelasi juga dengan segala tindakan berani dalam memperjuangkan kebebasan terhadap diskriminasi sosial, intoleransi, hak-hak perempuan dan anak, hak azasi dan lainnya.Â
Untuk bisa mewujudkan dan mulai menciptakan perdamaian itu sendiri, sebenarnya di dalam tubuh kompasiana telah terbentuk DNA perdamaian. Karena hanya di media kompasiana saya melihat dan mengamati bahwa kompasiana termasuk media tulis yang mampu menjaga perdamaian dalam ruang internalnya.Â
Nyaris tak ada satupun komentar yang menghina, mencaci, mengujar benci, menghujat apalagi memprovokasi di kompasiana. Maka kalau ada awards perdamaian antar media tulis, saya nominasi dan vote kompasiana. Bravo kompasiana! Ayo bangun media ini jauh lebih baik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H