Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Fenomena "Ngunduh Mantu" Jelang Pemilu Lewat Jodoh Politik

27 September 2023   19:38 Diperbarui: 27 September 2023   19:44 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian besar orang tua, bisa menemani atau mengiringi anak tercintanya hingga ke pelaminan adalah momen bahagia. Sebab tidak sedikit orang tua yang tidak dapat menemani atau mengiringi anak tercintanya di hari-hari penting termasuk di antaranya di hari pernikahan. 

Selain itu, banyak orang tua yang menginginkan anaknya mendapatkan jodoh sesuai dengan filosofi 5b. Yaitu filosofi babat, bibit, bubut, bebet dan bobot. Babat adalah pasangan (jodoh) yang seimbang atau setara. Bibit berkaitan dengan keturunan atau genetika. Bubut merujuk pada sebuah mesin yang terkorelasi sebagai cara meninjau seseorang dari aspek ketahanan mental, kerja keras, motivasi, atau visi dan misi. Bebet terhubung dengan status sosial ekonomi. Sedangkan bobot adalah cara melihat seseorang dari kepribadian dan pendidikannya.

Setelah filosofi 5b dirasa memenuhi kriteria, urusan berlanjut ke proses 'ngunduh mantu', yakni istilah dalam perspektif budaya jawa yang mengacu pada rangkaian upacara pernikahan adat Jawa, yang secara harfiah diartikan memetik atau mengambil menantu. Kisah lanjutannya tentu menjadi urusan internal kedua mempelai.

Menjelang pemilu 2024, proses memilih mantu dan 'ngunduh mantu' seolah merepresentasi fenomena yang terjadi di kancah perpolitikan tanah air. Setiap partai atau koalisi partai seakan harus menentukan jodoh di luar partai atau koalisinya demi menemukan jodoh politik (jopol) yang cocok dan dinilai memiliki elektabilitas maksimal.

Dalam proses 'ngunduh jopol', filosofi 5b seharusnya bisa dijadikan pijakan meskipun hasilnya bisa sama dengan prosesi 'ngunduh mantu', tetap mempunyai potensi cerai atau pisah. Faktanya, proses 'ngunduh jopol' menunjukkan bahwa beberapa 'b' dari filosofi 5b terdeteksi digunakan.

Tengok saja masing-masing calon mertua dalam konteks koalisi yang telah 'ngunduh jopol' 3 bacapres. Koalisi Perubahan yang terdiri dari NasDem, PKB dan PKS yang 'ngunduh jopol' Anies Baswedan. Koalisi Indonesia Maju yang semula bernama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang terdiri dari Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PBB, Gelora dan Garuda yang 'ngunduh jopol' Prabowo Subianto. Terakhir koalisi yang terdiri dari PDIP, PPP, Perindo, dan Hanura yang 'ngunduh jopol' Ganjar Pranowo. 

Tetapi fenomena 'ngunduh mantu' di dunia politik dalam konteks jodoh politik tidak menutup kemungkinan terjadinya perceraian calon mertua (koalisi). Terbukti dengan bubarnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PAN dan PPP, setelah PAN dan Golkar 'ngunduh jopol' Prabowo Subianto. 

Terbaru ada Partai Solidaritas Indonesia (PSI) selaku orang tua tunggal yang 'ngunduh jopol' Kaesang Pangarep. PSI yang identik dengan partainya anak muda yang juga berisi politisi muda dirasa memiliki pandangan yang sama terkait partisipasi generasi muda dalam dunia politik. Tetapi tentu saja rakyat tidak sepenuhnya menilai itu sebagai satu-satunya alasan sebab diketahui bahwa Kaesang pernah menyatakan tidak berminat untuk terjun ke politik. 

'Unduh jopol' yang dilakukan PSI tidak tanggung-tanggung, Kaesang dilamar jadi Ketua Umum Partai berlambang bunga mawar tersebut.  Jadi 'mantu utama'. 

Sementara bagi PSI kaesang cenderung memiliki semua unsur filosofi 5b. Babat, Kaesang adalah jopol (jodoh politik) yang memiliki pandangan sama terkait generasi muda. Bibit, tidak diragukan lagi karena Kaesang adalah putra Presiden Jokowi. Bubut, Kaesang adalah contoh anak muda yang sudah menunjukkan dan membuktikan ketahanan mental, kerja keras, motivasi,  visi dan misinya dengan kesuksesan usaha atau bisnisnya. Bebet, status sosial ekonomi Kaesang jelas tak perlu diragukan. Terakhir bobot, kepribadian Kaesang disebut-sebut sebagai role model anak muda, dia juga jebolan University of Social Sciences. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun