Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fitnah Digital: Menyoal Akurasi Background Check dalam Perspektif Filter Bubble dan Echo Chamber

12 September 2023   11:19 Diperbarui: 12 September 2023   11:32 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: kreasi hasil kompilasi download ikon-ikon, gambar dan wallpaper dari pixabay.com

Di lain sisi, echo chamber atau ruang gema yang diartikan sebagai lingkungan di mana seseorang hanya menemukan informasi atau pendapat yang mencerminkan dan memperkuat pendapat mereka sendiri, justru mempermudah perusahaan yang melakukan background check medsos turut terbawa arus informasi dalam bias konfirmasi. Pertanyaan pentingnya masih sama, seberapa kompeten perusahaan dapat menemukan akurasi terhadap hasil background check medsos setiap orang?

Seperti diketahui, media sosial adalah ruang atau tempat di mana informasi apapun dapat diekspos oleh siapapun, termasuk informasi yang tidak sesuai dengan fakta yang terekspos atau diekspos.

Sialnya, beberapa informasi yang tidak sesuai dengan fakta, bisa muncul lebih sering dari gelembung virtual penyaring informasi (filter bubble) dan/atau ruang gema (echo chamber) yang sengaja dibuat untuk menyerang dan menjatuhkan nama baik seseorang.

Inti serangan yang sengaja dibuat untuk menjatuhkan nama baik seseorang adalah dengan membentuk narasi yang sama yaitu narasi tentang keburukan orang yang hendak dijatuhkan.

Sebuah informasi dengan topik yang itu-itu juga untuk membunuh karakter dan mental seseorang demi menciptakan keyakinan di benak setiap orang bahwa informasi itu benar adanya.  

Informasi tersebut kemudian menembus gelembung virtual penyaring informasi (filter bubble), diyakini lalu menerobos masuk ke dalam ruang gema (echo chamber) sampai bias konfirmasinya menguat, menyebar ulang dan terus mengganda.

Sampai di sana, sindrom disorentizen mulai menghantui dan mempertanyakan adakah seseorang atau teknologi informasi yang mampu membedakan mana informasi asli (benar) dan mana fitnah digital (informasi hoax) dengan cepat dan akurat?  

Faktanya, dengan dukungan UU ITE, banyak kasus pencemaran nama baik mencuat di era digital. Dan lebih banyak lagi informasi hoax atau fitnah digital yang lolos begitu saja tanpa terusik hukum karena sesuatu dan lain hal.

Oleh karena itu, selaras dengan proses rekrutmen karyawan di awal, background check medsos juga perlu dilakukan dengan sangat selektif, penuh kehati-hatian dan matang agar tidak timbul tuntutan pencemaran nama baik kepada perusahaan atas tuduhan fitnah digital (informasi hoax) di kemudian hari.     

 

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun